Kenangan Indah di Pangandaran

Kenangan Indah di Pangandaran

Pengalaman ini terjadi waktu saya masih di SMA. Menjelang perpisahan SMA, saya dan teman-teman sekelas berencana untuk pergi ke Pangandaran. Di sana, kita menginap di sebuah penginapan yang jaraknya dekat dengan pantai. Kita semua benar-benar bersenang-senang, keliling pantai bersama-sama. Pada malamnya banyak temanku yang jalan-jalan menyusuri pantai sama cewek atau cowoknya masing-masing. Saking asyiknya, mereka sampai lupa pulang, ceritanya sih mereka bersetubuh sama pasangannya masing-masing.

Di malam kedua, teman-temanku sedang keluar semua. Tinggallah saya dengan teman cewek saya (Eva).
Saya tanya dia, "Eva, kenapa kok tidak keluar?".
Dengan entengnya dia menjawab, "Tidak ah, saya lagi sedikit pusing".
Mendengar jawabannya seperti itu, otomatis saya sebagai temannya harus menjaga dia (masa' ditinggal sendiri?). Malam itu saya menemaninya di kamarnya sambil nonton TV. Waktu jam 8 malam, dia mandi (katanya sih gerah). Saya sih cuek saja. Setelah 15 menit dia mandi, dia memanggilku minta dibawakan handuk (Dia kelupaan). Ya sudah, saya ambilin. Tapi saya kaget ketika dia minta handuk itu langsung saja dibawa masuk ke kamar mandi dan pintunya tidak dikunci. Pertama saya gugup sekali. Dengan perlahan-lahan saya masukin tanganku untuk memberikan handuk ke dia. Lalu dia menjawab, "Duh, Wolf tanganku nggak nyampe.., saya lagi ada di shower nih.., Masuk saja deh. tidak apa-apa". Mendengar ajakan itu, saya masuk. Dengan pelan saya taruh handuk itu di tempat wastafel yang jaraknya ketika di sebelah shower yang tertutup tirai tipis. Tapi saya kaget banget, ketika saya lagi meletakkan handuk. Tangannya yang basah nongol menyentuh tanganku. Lalu setelah itu dia keluar berbugil ria dari shower dengan tubuh yang masih basah total. Pada waktu itu, penglihatanku terarah ke dua payudaranya yang besar, padat, dan indah. Lalu kulitnya yang putih bersih. Pokoknya pemandangan itu membuat penisku tegang banget. Setelah itu dia langsung meraih tangan ku dan mengusapkan tangan kananku itu ke payudaranya yang indah itu seraya berkata "ooh, Wolf. Rasakanlah payudaraku ini dan rasakan pula detak jantungku yang berdebar." Telapak tanganku diusapkannya di payudaranya.

Dia berkata "ooh, Wolf. Saya sudah tidak tahan lagi. Usaplah payudaraku ini dan kita main yuk!". Sebagai cowok normal, saya pasti ereksi. Lalu pelan-pelan tangan kananku memeras payudaranya yang kanan. "Yaa, itu Wolf. Nikmat sekali. Teruskan Wolf!". Sewaktu tanganku meremas pelan payudaranya, Tangan Eva dengan ringan membuka kancing-kancing bajuku. Setelah kancing bajuku terlepas semua, Bibirnya yang ranum dan merah merekah itu pelan-pelan mencium dan menjilati dadaku. Lidahnya yang panjang itu terasa nikmat sekali di dadaku. Lalu dia kubalas dengan tangan kananku yang kuarahkan ke pantatnya yang besar dan bersih dan tangan kiriku memeluknya yang diteruskan dengan ciuman saya yang hot di bibirnya itu. Dia mengerang dan menikmatinya, beberapa detik kemudian tangannya membuka retseleting celanaku dan kemudian memelorotinya. Begitu celana dalamku dibuka, penisku yang sudah ereksi dari tadi langsung meloncat keluar. Melihat penisku yang sudah membesar dan memanjang, dia langsung membungkukkan badannya dan mulutnya itu dengan pelan mengulum penisku. Terasa nikmat sekali "Aah.., Eva.., enak Va.., terusin Va!". Lidahnya itu dengan leluasa menjilati permukaan penisku dan puncaknya, lidahnya diarahkan ke pucuk penisku. Setelah berselang beberapa detik, giginya itu langsung menggigit penisku dan langsung mengocoknya.

Setelah setengah jam kita melakukan foreplay di kamar mandi, ternyata dia masih belum puas juga. "Wolf, yuk kita lanjutin di tempat tidur! saya pengin lebih hot lagi". Dengan perlahan, saya angkat dia dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. Setelah sampai di pinggir tempat tidur, perlahan-lahan saya taruh badannya di atas tempat tidur. Masih dalam keadaan membungkuk, saya ciumi bibirnya dan saya jilat payudaranya yang makin membesar itu. "Oyaa, terusin Wolf, terusin", Mendengar omongannya saya jadi semakin buas menikmati tubuhnya. Saya rebahkan badannya menjadi dalam keadaan telentang, susunya yang membesar terlihat bagai Gunung Bromo yang menjulang tinggi. Payudaranya itu langsung saya serbu dengan jilatan lidahku. Setelah itu, mulutku diarahkan ke arah selangkangannya. Terlihat bulu vaginanya lebat bak hutan perawan yang masih belum terjamah. Dengan asyik, tanganku mengobrak-abrik bulu vaginanya dan terlihatlah dinding daging tipis alias vaginanya. Langsung saya jilati vaginanya dengan buas dan Eva langsung menjerit kenikmatan sambil mengerang dan berkata "Terusin Wolf, terusin". Masukin lidahmu itu ke 'dompet'ku". Anehnya vaginanya yang rata-rata orang bilang vagina cewek itu biasanya kebanyakan bau tak sedap, tapi vagina Eva terasa harum dan nikmat. Baunya yang justru harum itu membuat saya makin terangsang lagi untuk lebih lama menikmati vaginanya. Sambil menciumi vaginanya, kedua tanganku juga meraba kedua belah payudaranya, Eva hanya mengerang lagi dan memegang kedua tanganku dengan erat. Setelah setengah jam saya terus begitu, akhirnya Eva minta posisinya diganti ke atas. Saya turuti dech, masa saya terus yang gerilya? Saya langsung pindah jadi di bawah dan eva di atas. Sebelum mulai aksinya, Eva pertama-tama meremas sendiri kedua payudaranya dan mimik wajahnya itu yang membuatku tambah syuur. Sehabis meremas-remas sendiri kedua payudaranya, dia langsung memulai aksinya dengan mencium dan menjilati bibirku seraya tangannya meremas-remas dadaku yang agak bidang dan meraba-raba puting susuku. Bibirnya benar-benar fantastik, terasa nikmat dan pokoknya tidak bisa saya uraikan dengan kata-kata. Puas dengan menciumi dan menjilati bibirku, perhatiannya mengarah pelan-pelan ke bawah. Pertama-tama dia menciumi dan menjilati leherku dan kadang-kadang menggigit leherku, serasa benar-benar nikmat. Sambil menikmati leherku, tangan kanannya berpindah posisi menjadi di penisku. Dengan enaknya dia mengocok penisku, ke atas.., ke bawah.., ke atas.. Dan seterusnya. Kocokannya benar-benar membuat mataku merem melek.

Kemudian setelah menciumi, menjilati dan menggigit leherku, matanya tertuju ke dadaku. Lidahnya langsung menjilati puting susuku. Tapi dia cuma sebentar menjilati puting susuku, perhatiannya langsung tertuju ke penisku yang sudah besar dari tadi. Bibirnya langsung menjilat penisku, terasa nikmat sekali. Lidahnya itu yang membuatku puas sekali, dengan pelan-pelan lidahnya mnjilati penisku sambil tangannya yang kecil itu terus mengocoknya. "Aach Eva.., Nikmat sekali Va Ohh", Selang beberapa menit kemudian, sewaktu dia masih mengocok penisku. Terasa ada sesuatu yang hangat mengalir dari penisku dan serasa hendak meletus keluar. saya bilangin ke Eva, "Awas Va, saya mau keluar Va. Tahan dulu kocokanmu, Jangan sampai spermaku keluar Va saya masih pengin nerusin Va!!", Tapi dengan cuek dia malah bertambah giat dan keras mengocok penisku sambil lidahnya menjilati pucuk penisku. Beberapa menit kemudian keluarlah cairan kenikmatan yang berwarna putih yang disebut sperma. Dan spermaku mengenai mulutnya dan ada sebagian yang sengaja dijilat dan ditelan Eva. Terasa nikmat sekali!, Eva terus menjilati sisa-sisa sperma yang keluar dari penisku. Sementara Eva masih sibuk dengan penisku, aku istirahat sejenak dalam kenikmatan yang tiada taranya.

Sewaktu saya masih istirahat, terasa Eva masih sibuk dengan penisku. Karena saya kasihan Eva belum mencapai orgasme, Langsung saja saya bangun dan meneruskan aksi. Saya suruh Eva pindah posisi jadi di bawah, langsung dia turuti. Sejenak sebelum memasukkan penisku, saya kocok sebentar penisku agar membesar dan Eva membantuku dengan ikut mengocoknya. Selang beberapa detik kemudian penisku langsung berdiri lagi dan langsung saya masukkan ke vaginanya. Eva langsung teriak dan mengerang kenikmatan, "Aacchh". Tetapi terasa posisiku kurang nikmat, saya cabut lagi penisku dan saya taruh bantal di atas pantat Eva supaya penisku terasa nikmat masuk divaginanya. Begitu saya masukin penisku dalam-dalam, terasa vaginanya hangat dan sudah penuh cairan yang membuat penetrasi penisku terasa nikmat dan licin. Ini pertanda Eva sudah mengalami orgasme sebelum saya masukin penisku. Penisku, aku tarik pelan-pelan, masukin lagi pelan-pelan dan demikian seterusnya. Eva lagi-lagi berteriak kecil dan mengerang. Saya biarin Eva berteriak dan mengerang, saya terusin aksiku dengan membuat variasi seperti menggoyang pinggulku.

Selang 45 menit saya meneruskan aksiku, Eva pelan-pelan berbisik "Wolf, saya sudah tidak kuat lagi.., saya sudah pengin keluar.., Cairan spermaku sudah mau keluar!". Ternyata benar juga, beberapa detik kemudian di penisku terasa ada banyak cairan yang menyelimuti. Saya biarkan penisku di dalam vagina Eva selama beberapa menit selama Eva orgasme. Sebab saya baca, cewek senang kalau sewaktu dia orgasme, penis cowoknya berada dalam-dalam di vaginanya. Dan benar juga kata buku, Eva terlihat sangat puas. Begitu dia selesai orgasme, beberapa menit kemudian selama penisku masih di dalam, terasa spermaku masih mau keluar. Buru-buru saya cabut penisku dari vagina Eva dan Eva langsung menyambutnya dengan kuluman yang hebat sekali. Sekali lagi spermaku langsung tumpah ke arah muka Eva, sekeliling bibirnya langsung dipenuhi dengan spermaku yang ternyata banyak sekali. Sebagian cairan putih itu masuk ke mulutnya dan sebagian ada yang tumpah ke payudaranya dan ke sprei. Eva memintaku untuk menjilat spermaku yang tumpah ke payudaranya dan saya turuti. Lidahku menyapu sisa-sisa spermaku di payudaranya dan Eva terlihat benar-benar menikmatinya.

Setelah puas, saya dan dia langsung lemas dan langsung tidur sambil dalam keadaan polos sampai pagi (tanpa berselimut). Pagi-paginya dia sudah bangun dan nonton TV masih dalam keadaan telanjang. Langsung tubuhnya yang indah itu saya tutupi dengan jaketku supaya tidak masuk angin, dia menolak seraya berbisik, "Wolf, lue hebaat sekali tadi malam. Baru lu cowok yang bisa muasin saya. cowok yang lain yang pernah nidurin saya terasa hambar. saya pengin lagi Wolf. saya pengin pagi dan malam selanjutnya kita terus bertelanjang bugil dan main terus. Kita cek out saja dari penginapan ini. Kita bilang ke anak-anak kalau kita ada urusan lain dan harus cepat pulang ke Bandung. Terus kita cek in ke hotel lain". Ternyata saya lebih gila daripada dia, saya terima saja. Beberapa jam kemudian teman-temanku datang, saya langsung pamit mau pulang sama Eva. Mereka percaya saja.
Langsung deh kita cabut dan cek in di penginapan yang jauh dari mereka. Dan pengalaman itu diteruskan di hotel yang baru, siang malam saya dan Eva mengadakan pesta seks tanpa istirahat. Kecuali buat makan, dan minum. Setiap kali sehabis bersetubuh, saya dan Eva merasakan kenikmatan yang tiada tara.

TAMAT
Kenangan Indah di Bali

Kenangan Indah di Bali

Cerita ini adalah kisah nyata yang merupakan pengalaman pribadi saya. Nama saya, sebut saja Andre, dan saya bekerja di sebuah perusahaan multi nasional di Jakarta. Beberapa bulan yang lalu perusahaan saya mengadakan workshop regional di Bali. Workshop diadakan di Hard Rock Hotel selama 4 hari, dan yang hadir kebanyakan dari Singapura, Thailand, Malaysia, Hong Kong dan sebagainya. Jumlah peserta sekitar 40 orang, dan selama berlangsungnya workshop kami dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari masing-masing sekitar 8 orang. Karena banyaknya aktivitas yang kami lakukan bersama, otomatis kami jadi kenal dengan baik satu dengan lainnya, terutama rekan-rekan yang satu kelompok.

Di kelompok saya ada satu peserta dari Malaysia, namanya Eileen yang menurut saya sangat cantik. Kulitnya putih mulus dan badannya juga sangat seksi. Dari pertama kenal saya sudah tertarik dengannya, dan saya berusaha untuk dapat lebih dekat dengan dia. Karena kebetulan kami menangani bagian yang sama, walaupun dia di cabang Kuala Lumpur dan saya Jakarta, banyak hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang dapat kami bicarakan. Sehingga dalam 2 hari kami sudah cukup dekat. Dari pembicaraan yang bersifat pekerjaan, pembicaraan kami sampai juga ke yang bersifat pribadi, dan saya mulai mengenal Eileen lebih jauh. Eileen ternyata sudah memiliki pacar di Malaysia, dan rencanya tahun depan dia akan menikah. Terus terang, waktu pertama kali mendengar itu saya kecewa, tapi saya berjanji pada diri sendiri kalau saya tidak akan menyerah begitu saja.

Karena acara kami setiap harinya berlangsung dari pagi hingga sekitar jam 9 malam harinya, otomatis hampir semua kegiatan kami lakukan di hotel. Paling-paling sore harinya kami keluar untuk berbelanja di sekitar Kuta. Hari Rabu malam (hari ketiga) saya tidak dapat tidur. Dan sekitar jam 11 malam saya menelepon kamar Eileen dan mengajak dia keluar untuk berjalan-jalan di pantai. Di luar dugaan, ternyata dia setuju dan kami pun kemudian ke pantai Kuta yang terletak persis di seberang Hotel. Kami duduk di tepi pantai yang gelap dan berbicara banyak hal sambil memandangi ombak dan bintang-bintang. Karena suasana pantai yang sangat romantis, perasaan kami terhanyut dan saya memberanikan diri untuk mengutarakan perasaan saya. Ternyata perasaan saya tidak bertepuk sebelah tangan dan dia mengakui bahwa dia juga suka dengan saya.

Sekitar jam 1 pagi dia mengajak saya balik ke hotel, karena sudah larut malam dan besok paginya masih ada aktivitas lagi walaupun sudah hari terakhir. Saya ajak Eileen untuk tidur di kamar saya, tetapi dengan halus dia menolak, alasannya dia belum siap karena kami baru saling kenal.

Besok harinya kami berpura-pura tidak ada apa-apa di antara kami, dan kami pun bekerja dalam kelompok seperti biasanya. Terus terang saya sudah tidak sabar untuk menunggu malam tiba dan berduaan dengan dia lagi. Karena malam terakhir, kantor kami mengadakan acara makan malam di Nusa Dua dan kami baru kembali ke hotel sekitar jam 10 malam. Begitu sampai di hotel, saya tanya Eileen apakah saya boleh main ke kamarnya karena rencananya itu adalah malam terakhir saya di Bali. Eileen dengan rekan-rekannya baru kembali ke Malaysia hari Minggu, sedangkan saya rencananya kembali ke Jakarta hari Jumat pagi. Eileen bilang boleh, tapi sekitar setengah jam lagi karena dia mau mandi dulu.

Saya pun kembali ke kamar, mandi dan menunggu dengan tidak sabar. Sekitar jam 10:30 malam, saya ke kamar Eileen. Waktu itu Eileen baru selesai mandi dan rambutnya masih basah. Dia mengenakan baju kaos putih yang panjangnya sepaha dan tidak mengenakan celana pendek lagi. Eileen mempersilakan saya duduk di tempat tidur dan dia lalu ke kamar mandi untuk mengeringkan rambutnya.

Dari tempat tidur saya dapat melihat dia di kamar mandi, dan malam itu Eileen terlihat sangat cantik. Saya tidak tahan lagi, dan kemudian bangun mendekati dia di kamar mandi.
Saya peluk dia dari belakang dan Eileen berkata, "Wait honey, let me finish first. After I'm done I'll give you a night that you won't forget".
Saya pun kembali ke kamar dan duduk di tepi ranjang. Setelah selesai Eileen keluar dan berdiri di depan pintu kamar mandi. Karena baju kaosnya cukup tipis, lekuk badan Eileen terlihat jelas, dan saya tahu kalau dia tidak mengenakan bra di balik baju kaosnya. Putingnya samar-samar terlihat di balik baju kaosnya yang tipis.

Saya berdiri dan segera menciumnya dengan penuh nafsu. Ternyata dia juga memberikan reaksi yang sama, dan kemudian saya menggendong dia ke ranjang.
"Have you done it before..?" tanya saya.
"No, I haven't. My boyfriend asked for it many times, but I always told him to wait until we're married.." katanya.
Dia terdiam sejenak dan kemudian berkata, "But I think I want to do it with you tonight.."
Wow, sebuah kalimat yang membuat saya serasa 'melayang'.

Eileen menyuruh saya tiduran, dan dia mulai melepaskan baju kaos dan celana pendek yang saya kenakan. Saya coba untuk membuka baju kaosnya, tapi dia minta saya untuk tunggu dulu.
"Not that fast, honey.." katanya.
Eileen kemudian menciumi saya dengan penuh nafsu, dan tangannya dimasukkan ke dalam celana dalam saya, dan mulai memainkan kemaluan saya. Saya sudah sangat terangsang dan segera membalikkan tubuhnya sehingga posisi saya sekarang di atas.

Saya lepas baju kaosnya, dan di depan saya terpampang pemandangan yang sangat indah. Eileen yang telentang dan hanya mengenakan celana dalam putih transparan terlihat begitu menantang. Bulu kemaluannya yang lebat terlihat dengan cukup jelas di balik celana dalamnya. Buah dadanya sangat indah dengan puting yang berwarna coklat kemerahan, sangat kontras dengan tubuhnya yang putih mulus. Saya menjilati putingnya dan Eileen terlihat begitu menikmati.

"Take off your underwear please..!" katanya.
Saya lepas celana dalam saya, dan Eileen kemudian memandangi kemaluan saya yang sudah sangat terangsang. Dia meminta saya tiduran dan kemudian mulai menjilati tubuh saya dari atas sampai kemaluan saya. Sungguh luar biasa, dan Eileen ternyata cukup ahli dalam melakukan oral seks. Pasti dia sering melakukannya dengan pacarnya, pikir saya.

Saya minta dia berubah posisi, sehingga kemaluannya sekarang persis di atas kepala saya. Saya sengaja tidak melepaskan dulu celana dalamnya karena saya ingin menikmati keindahan ini perlahan-lahan. Saya jilati selangkangannya dan sekali-sekali menyibakkan celana dalamnya, sehingga kemaluannya yang ditumbuhi bulu lebat itu terlihat. Kemaluan Eileen sangat harum karena dia baru saja selesai mandi dan memang kelihatan kalau Eileen orangnya sangat bersih. Beberapa menit kemudian dia berdiri dan melepaskan celana dalamnya. Di depan saya adalah pemandangan yang sangat indah, belum pernah saya melihat wanita secantik Eileen tanpa busana di hadapan saya.

"Let's do it, now Honey.. I'm so turn on.." pintanya.
Eileen pun kemudian merebahkan diri dan membuka kedua pahanya lebar-lebar. Saya jilati selangkangannya dan kemaluannya.
"Ah.. ah.. come on.. do it now, I can't stand it anymore.."
Saya tidak menghiraukan dia dan kemudian menyibakkan rambut kemaluannya dan mulai menjilati klitorisnya.
"Ah.. please.. please.., do it now.. please..!" pintanya.
Saya terus jilati klitorisnya, dan suara erangannya menjadi semakin keras tanda kalau Eileen sudah sangat terangsang.

Sebelum Eileen mencapai puncaknya, saya tarik badan Eileen ke sisi tempat tidur. Kakinya dibuka dengan lebar dan saya mencoba untuk memasukkan kemaluan saya ke vaginanya. Walaupun Eileen sudah sangat basah karena terangsang, ternyata kemaluan saya tidak mudah untuk masuk, karena dia belum pernah melakukan ini sebelumnya.
"Honey.. slowly please.. it's painful.."
Senti demi senti saya masukkan kemaluan saya sampai akhirnya masuk dengan penuh.
"Oh.. it feels good.. can you move your body now..?" katanya.
Saya pun mulai menggerakkan pinggul, dan dari kemaluannya saya lihat sedikit darah keluar tanda kalau dia memang masih perawan.

"Yes.. yes.. I like it.., faster please.. faster..!" katanya.
Beberapa menit kemudian saya minta dia untuk merubah posisi, dan kami melakukan doggy style. Ternyata Eileen sangat menikmati posisi ini, apalagi posisi ini juga memudahkan saya untuk memegang buah dadanya yang lumayan besar dari belakang.
Selang beberapa saat, Eileen mengeluarkan teriakan keras, "Ah.. ah.. I'm coming Honey.. I'm coming.."
Saya tahu kalau Eileen sudah orgasme, dan saya pun terus mempercepat gerakan sampai akhirnya saya juga orgasme. Tentunya saya tidak ejakulasi di dalam vaginanya, karena saya tidak mengenakan kondom, dan saya tidak mau dia sampai hamil.

Setelah itu kami berdua ke kamar mandi dan mencuci bersih tubuh kami yang penuh dengan keringat dan juga sedikit darah Eileen. Selesai mandi kami berendam di bathup sambil berpelukan. Sungguh nikmat rasanya. Malam itu kami tidak tidur sama sekali dan kami berhubungan lagi 2 kali sampai pagi.

Pagi harinya Eileen meminta saya untuk tidak kembali ke Jakarta hari itu dan menemani dia di Bali sampai hari Minggu. 2 hari berikutnya saya habiskan waktu berkeliling Bali dengan Eileen dan teman-temannya. Sayang sekali saya tidak dapat terus berduaan dengan Eileen karena dari sebelumnya dia sudah janji dengan teman-temannya untuk liburan di Bali setelah acara kantor selesai. Baru malam harinya kami bisa menikmati waktu berdua dan waktu itu terasa amat singkat dan hari Minggu pagi Eileen sudah harus kembali ke Malaysia dan saya ke Jakarta. Sebelum berpisah kami berjanji untuk tetap akan saling berhubungan melalui telpon dan e-mail dan berharap kami dapat melanjutkan hubungan kami.

Kami pun terus berhubungan melalui telpon dan e-mail sampai sekitar satu setengah bulan kemudian saya menerima e-mail yang sangat mengejutkan. Eileen meminta saya untuk berhenti menelpon dan menulis e-mail ke dia, karena pacarnya sudah mengetahui affair dia dengan saya, dan dia lebih memilih pacarnya karena beberapa alasan yang terus terang, sangat berat untuk saya terima.

Susah sekali untuk menerima kenyataan itu, dan saya masih terus mengirim e-mail ke dia. Tidak ada satu pun e-mail saya yang dibalas, sampai akhirnya saya sadar bahwa mungkin Eileen memang bukan milik saya. Mungkin suatu hari saya akan mendapatkan seseorang yang dapat memberikan kebahagiaan dan kesenangan seperti yang telah diberikan Eileen kepada saya.

TAMAT
Kenangan Ebtanas 02

Kenangan Ebtanas 02

Sambungan dari bagian 01

Buah dada Poppy masih sangat kencang dan bulat, kuelus buah dadanya dari luar bra yang digunakannya, baru kemudian kuberanikan untuk menyusupkan jemariku ke dalam bra, halus dan hangat terasa jemari tanganku menyentuhnya, Poppy pun melenguh, nafasnya semakin tak beraturan ketika tanganku menyentuh buah dadanya bagian dalam. Bra yang kurasakan sangat mengganggu tersebut akhirnya dengan jerih payah berhasil kubuka, (karena kebetulan kancing pengaitnya ada di depan, jadi mudah untuk menemukannya). Setelah terbuka, tanganku menjadi semakin leluasa menggerayangi kedua buah dada Poppy. Kuelus-elus buah dada Poppy memutar keliling bagian luarnya, baru kemudian kutemukan pentil susunya yang masih sangat kecil mungil, dan kubayangkan pasti warnanya merah muda. Kupelintir-pelintir pentil susunya, membuat Poppy semakin menggelinjang "aahh, kakk, Poppy.. gelii.. banget nih", ujar Poppy, aku tak bisa menjawab, karena nafsu birahiku semakin memuncak, aku hanya dapat tersenyum sambil mengecup keningnya. Tanganku pun semakin berani bergerilya, sementara tangan kananku sibuk menggerayangi buah dada, maka tangan kiriku mulai berani untuk mengelus-elus paha putihnya, busyeet! teman-teman, pahanya halus banget, kuelus dari lutut, kemudian naik sedikit sampai kira-kira 20 cm dari lutut, kemudian turun lagi, ingin rasanya elusan tanganku ini kuteruskan ke atas, namun keberanian diriku belum penuh.

Bibir kami terus berpagutan, sambil terus berpelukan. Nafsu birahiku semakin bergejolak, ingin rasanya aku membuka kaos putihnya, sehingga aku dapat melihat sekaligus menciumi buah dadanya, namun kutakut kalau Poppy nantinya malah tersinggung mengingat hal ini baru pertama kali kami lakukan.
"Sudah diijinkan memegang sampai ke dalam saja sudah untung", batinku dalam hati.
Aku sadar bahwa segala sesuatu itu harus melalui proses, demikian juga dengan "hal ini" walaupun permasalahannya berkisar hubungan antara 2 insan manusia yang berlainan jenis, namun kuyakin apabila dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, maka hasilnya pun akan lebih memuaskan. Kuurungkan niatku, walaupun kemaluanku sudah semakin menegang, menuntut sesuatu yang lebih dari sekedar berciuman dan berpelukan, walaupun sudah dihiasi dengan elusan-elusan ringan ke arah 2 bukit kembarnya.

Sedang asyik-asyiknya kami berciuman, tiba-tiba kudengar suara derit pintu yang terbuka, aku dan Poppy tersentak kaget, Poppy pun membenahi rambutnya yang sedikit acak-acakan sekaligus memasang kait tali BH-nya yang sempat kubuka tadi.
"Siapa Pop?" bisikku padanya. Poppy menggelengkan kepalanya, "Mungkin Ibu", balasnya setengah berbisik. Kami pun langsung bergegas untuk kembali pada posisi semula. Aku mengambil buku sambil berusaha untuk mengatur jalan nafasku yang masih ngos-ngosan tak karuan.
"Waahh, sialan, lagi nikmat-enaknya, adaa saja gangguan", batinku dalam hati.

Ternyata dugaan Poppy benar, Ibu keluar dari kamar, terbangun karena haus sekalian menengok anaknya yang sedang belajar.
"Waahh.. rajinnya anakku, jam segini masih belajar juga", ujar Ibu sambil membelai rambut Poppy.
"Gimana Nak Eot, apa Poppy sudah siap untuk ujian besok?" tanya Ibu padaku.
"Lumayan Bu, soal-soal yang kuberikan tadi hampir semuanya terjawab benar", jawabku sambil melirik ke arah Poppy.
"Ya sudah, dilanjutkan belajarnya, Ibu mau bikin susu dulu buat kalian, biar nggak masuk angin", sahut Ibu lagi.
"Nggak usah Bu, jadi ngerepotin saja nih", kataku berbasa-basi.

Tidak lama kemudian Ibu kembali membawa 2 gelas susu coklat panas plus roti buat kita berdua.
"Makasih ya Bu", ujarku pada Ibu, Ibu tersenyum kecil sambil mempersilakan kami untuk meminum susu buatannya.
"Poppy, kalau sudah beres lekas tidur, biar besok nggak kesiangan bangun, Ibu sudah ngantuk, mau tidur duluan."

Kami pun kembali ditinggal berdua di ruang tersebut. "Wah, hampiirr saja ketauan, untung pintunya kedengeran", ujar Poppy sambil mengelus dada.
"Ya.. yaa.. yaa, kalau nggak bisa gawat nih, disuruh belajar PMP kok malah belajar ciuman", sahutku sambil tertawa lega ibarat maling lolos yang lolos dari sergapan Satpam.
"Uu.. uuhh.. dasar guru ngeres, bukannya ngasih ilmu buat besok kok malah 'nyonyo' susu batur" (mainin payudara orang----> dalam bahasa Sunda)", kata Poppy sambil mencibirkan bibirnya.
"Tapi.. suka kan!" kataku sambil memeluk Poppy dari belakang.
"Naahh, sekarang mau lanjutin belajar PMP atau lanjutin belajar dokter-dokteran?" tanyaku pada Poppy.

Poppy tidak menjawab, ia melepaskan pelukanku dan berpindah untuk berbaring di sofa panjang yang kebetulan terdapat di pojok ruangan. Aku pun berjalan menghampirinya.
"Sakit apa Mbak?" tanyaku sambil pura-pura memegang keningnya bak seorang dokter yang menanyai pasiennya.
"Ini Dok, saya dari tadi sesak nafas, kalau nafas berat banget kayak ada sesuatu yang ngeganjel di mulut", jawab Poppy sambil tersenyum manja ke arahku.
"O.. ok, kalau begitu coba Mbak buka mulutnya", sahutku lagi. Poppy pun kemudian membuka mulutnya, laganya seorang dokter, aku pun pura-pura mensenter mulutnya bagian dalam, terlihat barisan gigi putih rapih menghiasi bagian dalam bibir mungilnya. Melihat posisi Poppy yang berbaring pasrah di sofa, timbul lagi hasratku untuk kembali melanjutkan permainan kami yang sempat terpotong tadi.

"Waduuhh.. ini sih harus diberi nafas bantuan", kataku lagi. Aku pun kembali mendekatkan bibirku pada bibirnya, kita pun segera berciuman kembali dengan gemasnya, lidahku dan lidahnya saling berkaitan, kadangkala lidahku digigitnya lembut, mungkin saking gemasnya. Tanganku pun tidak mau tinggal diam, segera ikut bergerilya di sekitar permukaan buah dadanya. Walaupun masih tertutup baju dan BH, namun aku dapat merasakan bahwa puting susu Poppy sudah mulai mengeras pertanda bahwa ia mulai terangsang, hal itu juga tampak dari jalan nafasnya yang sangat tidak beraturan. Kemaluanku sudah sangat menegang, nafsu birahiku kian memuncak, keringat mengucur deras, otakku sudah benar-benar dipenuhi oleh pikiran ngeres meminta sesuatu yang lebih. Aku pun berfikir keras agar dapat melihat buah dadanya, memegang dan mengelusnya langsung tanpa ada baju dan BH yang menghalangi.

Sesaat kuhentikan ciumanku di bibirnya. Kupandangi wajah imutnya sambil bertanya, "Gimana Mbak, apa sudah baikan sesak nafasnya?"
"Belum Dok, malahan sekarang tambah parah, gimana dong dok?"
Aku pun pura-pura berfikir sambil mengerutkan dahiku.
"Ooo.. Gitu", kataku sambil mengangguk-anggukan kepalaku.
Aku mengambil sendok yang kebetulan ada di atas meja.
"Buat apa itu Dok?" tanya Poppy.
"Yaa.. buat periksa dong", sahutku.
"Naahh.. sekarang aku mau periksa detak jantung Mbak, tolong bajunya agak dikeataskan", pintaku padanya takut-takut.
"Baik Pak Dokter", jawab Poppy sambil mulai mengangkat kaos putihnya setengah badan. Tampaklah perut putihnya dan sebagian buah dada bagian bawah yang masih terbungkus BH warna putih gading. Aku kaget setengah gembira melihat pemandangan tersebut, aku tidak menyangka kalau ternyata malam ini, malam EBTANAS aku dapat memegang sekaligus melihat buah dada Poppy, pacarku tercinta.

"Maaf ya Mbak", sahutku sambil pura-pura memulai memeriksa pasiennya. Pertama-tama dengan menggunakan punggung sendok yang cembung, aku menekan lembut perut Poppy kemudian kugeser sedikit demi sedikit naik ke arah buah dada Poppy.
"Waahh.. maaf nih Mbak, sepertinya BH-nya harus dikendorkan habis menghalangi jalannya pemeriksaan", sahutku ragu-ragu. Tak disangka Poppy pun melepas tali BH-nya (kaitannya ada di depan sehingga sangat mudah untuk membukanya). Dadaku bergemuruh keras, bagai akan meledak melihat pemandangan yang demikian menakjubkan, dimana di depan mataku sepasang buah dada indah, putih nan cantik belum pernah terjamah sedikitpun menantang, menanti belaian tangan-tangan kasarku. Untuk pertama kalinya kumelihat langsung buah dada wanita seumur hidupku, buah dada yang berdiri tegak, bulat dihiasi dengan puting kecilnya yang menonjol berwarna coklat kemerahan. Untuk beberapa saat lamanya aku duduk tertegun, tak bergerak, diam membisu, pandanganku sedetikpun tidak terlepas dari 2 buah dada indah itu. Seluruh tubuhku seakan lemas tak bertenaga, otakku berputar cepat, bingung memikirkan tindakan apa yang akan kulakukan selanjutnya.

"Kaak.. kak, kok bengong sih", tanya Poppy menyadarkan aku dari lamunanku.
"Buah dada kamu bagus sekali", ujarku refleks. Poppy pun tersenyum malu sambil menutupi buah dadanya dengan kedua belah tangannya. Kusibakkan dua tangannya dari gumpalan daging indah itu, dengan lembut kuelus buah dada itu dari bawah kemudian berputar ke atas mengelilingi puting susunya yang semakin menonjol itu. Poppy menggelinjang kegelian, tampak seluruh badannya bergoyang menahan rasa geli dan nikmat yang tak terkirakan itu. Mungkin baru sekarang ini buah dadanya dipermainkan oleh seorang cowok. Nafasnya seakan-akan berhenti, terutama ketika jemariku perlahan mengelus dan memutar mempermainkan puting susunya.
"Kaak.., Poppy gelii.. banget", ujar Poppy sambil mendekap tanganku ke arah buah dadanya.

Kukecup keningnya untuk menenangkan hatinya, kucium bibir mungilnya, kemudian kuciumi leher indahnya, kutelusuri, kujilati lehernya sampai bersih. Ciumanku perlahan beranjak turun ke bawah, kucium buah dadanya satu persatu, baru kemudian kutelusuri buah dada indah itu dari atas memutar ke bawah, hingga akhirnya sampai ke puting susunya yang sudah sangat keras itu. Kujilat puting susunya perlahan, baru kemudian kuhisap-hisap bagai anak kecil menyusu ke ibunya. Poppy memejamkan kedua matanya, seluruh badan Poppy tampak mengejang terutama ketika lidahku mengenai puting susunya.

Nafsuku sudah tak tertahankan lagi, ingin rasanya aku menelanjanginya, dan kemudian menidurinya, "Tapi itu mustahil", batinku dalam hati. Sementara mulutku bermain di buah dadanya, tanganku tak mau kalah, mulai meraba-raba paha putih Poppy dari bawah bergerak perlahan ke atas, kusingkap rok mini yang dipakainya sedikit ke atas, paha indah itu semakin tampak jelas dihiasi bulu-bulu halus, tanganku terus bergerak ke atas hampir sampai ke pangkal pahanya, terasa semakin hangat dan halus. Tiba-tiba tangan Poppy memegang tanganku yang tinggal beberapa centimeter saja mengenai kemaluannya.

"Ka.. ka.., nanti saja ya", ujar Poppy.
"Disini nggak aman", ujar Poppy lagi.
Aku pun menurunkan tanganku. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 01.30 malam. Di sini aku dihadapkan pada 2 pilihan, di satu sisi aku merasa bahwa kesempatan ini tidak boleh disia-siakan, namun di sisi lain aku merasa kasihan pada Poppy yang besok pagi harus mengikuti ujian EBTANAS. Akhirnya kuputuskan untuk mengakhiri permainan ini. "Toh besok aku masih menginap di rumah ini, sudah barang tentu kesempatan pun akan lebih banyak", pikirku dalam hati. Akhirnya Poppy pun kusuruh untuk beristirahat, aku pun beranjak ke kamar Mas Doddy, namun sampai subuh aku tak dapat tidur, pikiranku terus melayang pada kejadian yang baru saja terjadi antara kami berdua, "Besok aku harus mendapatkan yang lebih", batinku dalam hati.

TAMAT
Kenangan di KA Argo Muria

Kenangan di KA Argo Muria

Ini adalah pengalamanku yang benar-benar gila, karena aku sendiri tak menyangka kalau kejadian ini bisa terjadi pada diriku.

Jumat pagi, 16 Mei 2003, aku kembali ke Jakarta setelah bertugas di Semarang sejak hari Senin. Karena Sabtu pagi aku ada undangan pernikahan temanku, maka kupaksakan diri untuk naik kereta pagi. Ya, aku naik Argo Muria pagi, dan benar-benar berangkat pukul 05.00 pagi. Sengaja aku memilih kereta api, karena aku ingin menikmati suasana pagi di sepanjang perjalanan.

Akibat semalam kurang tidur (aku dijamu oleh rekan di Semarang), hampir saja aku ketinggalan kereta. Tidur jam 01.00, terbangun karena kaget jam 04.15. Terpaksa aku hanya mandi koboy. Yang penting bisa gosok gigi dan pakai parfum. Terburu-buru aku meninggalkan hotel di daerah candi, dan kupaksa sopir taksi memacu kendaraan. Terbukti, aku bisa sampai di stasiun Tawang hanya lima menit sebelum kereta berangkat.

Sampai di atas kereta, aku merebahkan diri, tidur-tiduran dan ternyata benar ketiduran. Aku baru terbangun gara-gara seseorang mencolek lenganku, dan aku merasa nafas hangat menerpa pipiku.
"Minum teh atau kopi, Pak?", seorang wanita bertanya lembut padaku.
Oh, ternyata sang pramugari menawarkan minuman pagi. Segera kuminta teh panas, sekaligus aku memesan kopi susu satu gelas besar. Tak berapa lama, pesananku tiba, dan aku tersenyum padanya sebagai tanda terima kasih bahwa dia telah mengantarkan pesananku dengan cepat. Ia pun tersenyum ramah namun penuh arti kepadaku. Sempat kulirik name tag-nya, ternyata namanya Risma.

Sambil menikmati kopi susu panas, aku mengobrol sebentar dengan penumpang sebangku, sekedar membunuh waktu. Karena benar-benar kurang tidur, maka aku pun tertidur kembali. Nyenyak sekali rasanya tidurku, sebab aku terbangun pukul 08.30, dan tepat pada saat itu, Risma dan rekannya ternyata sedang membagikan sarapan pagi.

Ah.., manis benar anak ini. Kulitnya kuning langsat, tampaknya dia rajin lulur, semampai, dadanya kutaksir berukutan 36B. Dan pantatnya, terbuai aku melihatnya. Apalagi saat itu dia mengenakan rok mini ketat seragam setinggi 15 cm di atas lutut, membuatku bebas menikmati pahanya yang selicin lilin. Hatiku berdebar, darah kelelakianku terasa mengalir, adrenalinku terpacu.

Kemusdian sampailah dia ke deretan tempat dudukku. Karena stok yang tersedia berada di bawah (dia dan temannya mendorong trolley seperti trolley yang ada di pesawat), maka dia harus berjongkok untuk mengambil nampan yang berisi sarapan pagi. Sengaja kupandangi pahanya yang benar-benar licin terawat sambil berharap aku bisa melihat lebih jauh (aku duduk di pinggir dekat aisle/gang). Tapi ternyata aku hanya bisa melihat sepasang paha yang terkatup rapat. Ah, sialnya.., dan ternyata aku sial dua kali karena dia mengetahui arah pandang mataku. Deg! Aku terkejut dan malu hingga kubuang pandanganku ke arah jendela. Namun demikian aku tak dapat menahan keinginanku untuk melirik ke arahnya lagi. Dan dia melakukannya untuk yang kedua kalinya, berjongkok mengambil nampan, dan.., thank God, kali ini aku bisa mengintip celana dalamnya yang warnanya ungu, serasi benar dengan warna seragamnya. Tiga kali aku melihat pemandangan indah itu yang makin lama ternyata makin lebar dia buka. Kembali, darah kelelakianku bergejolak memberontak, menuntut pelepasan, apalagi ditambah ekstra bonus saat ia menyerahkan nampan kepadaku dengan agak membungkuk hingga tampak dua pasang bukit kembar yang benar-benar.., ah.., aku hanya mampu menelan ludah.

Segera kunikmati sarapan pagiku, dan selesai sarapan aku menuju bordes untuk merokok. Cukup lama aku berada di bordes, dua batang Dji Sam Soe aku habiskan. Aku benar-benar pusing akibat pemandangan indah tadi. Sambil merokok aku berkhayal, seandainya aku bisa membelai paha mulus itu, meremas payudaranya yang montok itu, ah.., nikmatnya. Tapi apa boleh buat, aku hanya sebatas berkhayal, karena aku tidak punya keberanian untuk memulai.

Makin lama ternyata hasrat ini tak mampu kubendung. Segera kunyalakan Dji Sam Soe yang ketiga. Pada saat yang sama, Risma melintas lagi, entah hendak kemana. Entah setan apa yang mampir di benakku, tahu-tahu aku sudah mencekal tangannya.
"Mbak, sorry, tadi waktu ngasih sarapan maksudnya apa, kok pake buka-buka paha?", tanyaku kasar.
"Lho, bukannya Bapak yang memang berniat ngintip saya?", sergahnya.
"Saya tadi melihat Bapak kayaknya berusaha ngintip celana dalam saya, ya sekalian aja saya buka. Memangnya kenapa?".
"Kamu nggak takut kalo aku birahi, Ris?", kataku.
"Soal birahi atau enggak, itu urusan Bapak. Saya 'kan cuma memperjelas aja, biar Bapak nggak penasaran. Kalo Bapak pengen lebih dari itu, maaf, memangnya saya ini cewek apaan?", Risma mulai kesal denganku.

Tak tahan kuseret dia ke toilet hingga Risma menjerit-jerit minta tolong, tapi suaranya tertelan gemuruhnya roda-roda Argo Muria yang sedang melaju dengan kecepatan penuh. Di dalam toilet, kusingkap rok mininya, dan rupanya ia mengenakan G-String. Pantas saja, aku tidak melihat garis celana dalam di balik rok mininya. Tanpa ampun, kutarik G-Stringnya hingga robek, dan segera kujilat vaginanya dengan rakus. Cukup sulit melakukannya karena selain toilet yang sempit, goncangan kereta, diapun memberontak sambil berusaha mengatupkan pahanya atau menendangku. Tapi aku tidak menyerah. Kepalang basah, sudah berduaan di toilet, kalau nggak tuntas, aku sendiri yang rugi.

Aku mulai merasakan ada cairan mengalir dari lubang surgawinya. Setelah kurasa cukup basah, kuhentikan aktivitasku. Kupandangi matanya yang mulai sayu, tanda bahwa ia mulai terangsang juga.
"Kamu keberatan kalau aku bertindak lebih dari ini?".
"Maksud Bapak..?", Risma tak memahami pertanyaanku.
"Kontolku udah keras banget, Ris. Dia pengen dituntaskan", sahutku.
"Tolong Pak, jangan.., saya belum pernah begituan.., tolonglah Pak..", Risma memohon kepadaku.
Rupanya ia masih perawan sehingga ia sangat ketakutan kalau aku menyetubuhinya.

Aku tak peduli lagi, dan segera kubalikkan badannya sehingga memunggungiku. Kupaksa agar dia membungkuk, dan dengan posisi doggy style, kuterobos memeknya yang sudah sangat basah itu dengan kontolku yang sudah menegang kemerahan.
"Aawww.., Paakk.., ssaakiitt..", Risma menjerit kesakitan akibat keperawanannya kutembus.
Aku sendiri merasakan ada sesuatu yang sobek di dalam lubang surganya. Aku tak peduli, dan segera dengan gerakan memutar, kukocok penisku. Risma rupanya sudah mulai bisa menikmati permainanku. Terbukti, ia tak lagi melawan atau menolakku tetapi aku bahkan merasa pinggulnya bergoyang mengimbangi permainan penisku. Tak lupa, kulucuti juga blazer dan kaos dalamnya. Begitupun dengan BH-nya, segera kurenggut paksa karena aku sudah tak sabar ingin meremas payudaranya. Nampak Risma sudah telanjang bulat, dan aku makin bernafsu melihat tubuhnya yang kuning langsat mulus.

Sambil kuentot, kuremas payudaranya dan kupilin putingnya seperti aku memilin kapas. Risma bergetar dan menggelinjang menahan nikmat. Secara tiba-tiba kucabut penisku dari memeknya, dan kubalikkan Risma sehingga kami kini berhadap-hadapan. Kuserbu bibirnya yang mungil, perlahan aku turun ke lehernya yang jenjang, dan kuhisap habis putingnya yang berwarna coklat muda. Risma kaget dan menggeram karena ternyata pusat rangsangannya ada di putingnya. Kumainkan bergantian payudara montok itu, kuhisap dan kukulum yang kiri, kuremas yang kanan begitu pula sebaliknya.

Puas dengan kedua bukit kembarnya, lidahku turun menyusuri perutnya yang rata, dan mataku terpaku melihat semak belukar yang begitu lebatnya. Tampak sekali belukar itu basah kuyup oleh lendir memeknya yang bukannya merembes tetapi mengalir seperti anak sungai. Ya, Risma ternyata tipe perempuan becek, dimana perempuan seperti inilah yang sangat kusukai. Tak sabar, kukuakkan memeknya hingga tampak percikan darah perawannya di labia mayoranya dan aku sangat terkejut melihat ada tonjolan sebesar kacang merah mencuat menantang. Merah sekali. ternyata itil Risma benar-benar besar. Baru kali ini aku melihat itil perempuan sebesar ini, dan mencuat keluar, tegang seperti penisku yang tegak mengacung.

Tanpa membuang waktu segera kujilat dan kukulum itil Risma. Seiring dengan kulumanku, Risma menggelinjang hebat, dan nafasnya semakin memburu. Perlahan tapi pasti lendir memeknya mulai mengalir deras membasahi mulutku. Sambil menahan nikmat, Risma menjambak rambutku dan aku merasakan cairan hangat menyemprot wajahku, rasanya agak-agak asin tapi nikmat sekali. Ternyata karena tidak kuat menahan nikmat Risma sampai terkencing-kencing, walaupun dapat kurasakan kalau dia masih belum mencapai puncaknya. Tak kusia-siakan, kuteguk semua cairan yang keluar dari memeknya habis-habisan. Rupanya akibat perlakuanku di itilnya, Risma makin tak dapat menguasai gejolak birahinya. Iapun memohon agar aku meneruskan kocokan penisku di memeknya, karena ia merasakan lagi kalau seperti mau pipis. Segera aku berdiri, dan sebelah kaki Risma kuangkat dan kusangga dengan tanganku. Dengan posisi ini penisku bisa menstimulasi itilnya lebih maksimal. Risma memeluk tubuhku, dan memejamkan mata seolah menikmati permainan surga ini.

"Ris, kamu ngerasa diperkosa nggak?", tanyaku.
"Emmhh.., sshh.., eeng.., ggaakk.., oouuffhh..", rintihnya.
"Kok..?", aku bertanya lagi sambil mempercepat kocokan penisku di vaginanya.
Kurasakan tubuh Risma mulai limbung dan aku yakin dia akan segera mencapai puncaknya. Maka tanganku pun segera meraba itilnya yang ternyata terasa sekali makin mencuat dan keras.
"Ssshh.., mmhh.., een.., nnaakk.., ss.., ssee.., kkaa.., llii.."
"Ooohh.., tadinya kupikir.., nggak.., se.., enak ini.."
Kata-katanya mulai terputus, nafasnya makin memburu dan akhirnya segera kucabut penisku dan aku kembali ke posisi doggy style lagi.
"Paakk.., akk.., kkuu.., ppee.., nggeen.., pi.., piiss.., aahh.."
Akhirnya Risma menghentak-hentakkan paha dan pinggulnya dengan sangat liar. Mulutnya meracau pertanda ia mendapat kenikmatan yang luar biasa. Ya, Risma telah mencapai puncaknya. Aku pun mulai tak tahan, melihat geliat pinggul dan pantatnya yang putih bak lilin itu hingga akhirnya..
"Riiss.., Rriissmmaa.., aku kelluaarr..", aku mengerang dan kocokanku makin kupercepat.
Risma tersentak akibat semprotan spermaku yang langsung menembus rahimnya, namun tidak bisa berbuat banyak, karena aku memeluk dia erat-erat hingga akhirnya kami berdua jatuh karena lemas. Sejenak kami berpelukan dan berciuman lembut, rasanya aku tak ingin melepaskan penisku dari vaginanya. Ya, walaupun sudah muncrat, penisku masih tegang di dalam vaginanya.

"Pak.., kalo aku hamil gimana?", Risma bertanya cemas.
"Jangan khawatir, ini alamat dan nomor teleponku", aku menenangkannya seraya memberikan kartu nama dan nomor teleponku.
"Aku akan bertanggung jawab atas benih yang telah aku tanam. Tapi berjanjilah padaku, kamu tidak akan melakukannya dengan orang lain"
"Ah.., paling teleponnya palsu..", Risma mencibir.
"OK, kalo nggak percaya kamu boleh coba sekarang ke HP-ku. Dan nanti malam sekitar jam 19.00 ke telepon rumahku. Malam ini kamu nggak kembali ke Semarang kan?"
Kamipun berdiri dan saling membersihkan tubuh. Tapi karena G-String Risma robek, akhirnya dengan terpaksa ia keluar dengan tanpa mengenakan celana dalam. Dan aku sangat beruntung mendapat kenang-kenangan celana dalam itu.

Dan tepat pada pukul 19.00, Risma meneleponku. Kami berdua bercanda dan Risma mengeluh kalau vaginanya masih terasa perih bercampur pegal. Maklum, diperawani di toilet kereta api. Kami berjanji untuk saling bertemu jika Risma berada di Jakarta atau sebaliknya. Dan Risma berjanji akan menginap di rumahku minggu depan, karena dia bertugas di Argo Muria pada shift malam dan memintaku untuk menjemputnya di stasiun Gambir.

E N D
Kenangan Ebtanas 01

Kenangan Ebtanas 01

Pertama-tama aku mau memperkenalkan diri dulu. Namaku "Eot" (nama panggilan dari orangtua dan teman-teman). Aku sekarang berumur 24 tahun dan sudah bekerja di salah satu perusahaan konsultan swasta di Jakarta. Cerita ini merupakan kisah nyata yang benar-benar terjadi beberapa tahun yang lalu (kira-kira bulan July tahun 1989), saat itu aku baru duduk di kelas 1 SMA di SMA Negeri 'XX' di kota Bandung. Pada saat itu aku punya seorang pacar yang sudah kupacari selama kurang lebih 1 tahun 2 bulan, aku dan dia memang sudah pacaran semenjak di bangku SMP (pada saat itu aku dan dia sama-sama di SMP negeri-Bandung). Pacarku adalah adik kelasku pada saat itu.

"Poppy", ya Poppy adalah pacar pertamaku pada saat itu, Poppy merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara, kakaknya semua cowok. Poppy tinggal pada sebuah keluarga yang serba berkecukupan, orang tuanya termasuk salah satu orang terpandang di kota Bandung saat itu. Poppy memiliki wajah yang menurutku sangat imut-imut, dengan potongan body yang relatif kecil (163 cm, 45 kg), kulit putih bagai kapas tanpa cacat sedikitpun. Ditambah dengan penampilannya yang cuek tapi rapih, tentu saja dia membuatku semakin jatuh cinta. Satu hal yang membuatku tergila-gila padanya adalah matanya yang bulat dihiasi dengan hidung kecil mancung dan bibir kecilnya yang berwarna merah muda tanpa lipstik dan selalu basah itu.

Aku dan dia berpacaran sudah cukup lama, selama berpacaran aku sangat menghargai dia, pertama karena aku sangat mencintai dia, selain itu aku pun melihat keberadaan keluarganya. Waktu berjalan tidak terasa 1 tahun lebih aku berpacaran dengannya tanpa ada masalah, bahkan aku dan keluarganya (ayah, ibu dan kakak-kakaknya) sudah benar-benar diterima seperti layaknya anak sendiri, hal ini membuatku semakin yakin akan gadis pilihanku ini. Dalam waktu yang sekian lama kegiatan pacaran kami hanya berkisar antara nonton di bioskop ataupun makan-makan di restoran, selama itu aku belum pernah mencium bibir merahnya, ataupun memeluknya walaupun pada dasarnya aku memiliki hasrat untuk melakukan hal itu, namun hasrat tersebut kalah oleh rasa cinta dan sayangku padanya, sehingga aku tidak ingin sedikitpun melukai hatinya. Paling-paling cium kening sebelum pulang apel yang selalu kulakukan padanya selama kurun waktu tersebut sebagai penghias cinta kami berdua.

Singkat cerita, pada saat aku duduk di kelas 1 SMA, dimana Poppy yang adik kelasku itu duduk di kelas 3 SMP akan menghadapi EBTANAS untuk masuk ke SMA, Aku yang sudah benar-benar dipercaya oleh keluarganya, mendapatkan perintah dari kedua orangtuanya untuk memberikan bimbingan kepada Poppy selama masa EBTANAS tersebut. Aku yang jelas-jelas sangat menyayanginya sudah barang tentu tidak akan mengecewakan dirinya apalagi kedua orang tuanya. Karena aku sudah mendapatkan mandat untuk memberikan bimbingan selama masa EBTANAS itu, maka aku pun dianjurkan untuk menginap di rumahnya selama kurang lebih 2 malam. Pada mulanya aku ragu untuk menginap di rumahnya, karena memang aku belum pernah menginap di rumah teman cewek, apalagi di rumah cewekku sendiri seperti ini. Namun berkat dorongan kedua orangtua serta kakak-kakaknya yang terus memaksa, akhirnya aku pun memberanikan diri untuk menginap selama 2 malam di rumah kekasihku.

Malam Senin (malam pertama aku menginap). Aku datang ke rumahnya (kira-kira pkl 18.30 WIB)menggunakan sepeda motorku, sesampainya di rumahnya, aku memencet bel, tak lama kemudian Poppy muncul dengan berlari-lari kecil, "Eh, Kaka, kok jam segini baru dateng sih, Poppy sudah nungguin dari tadi tau, katanya mau dari siang", ujar Poppy sambil membukakan pintu garasi rumahnya. (Oh iya aku lupa menjelaskan pada pembaca bahwa selama berpacaran Poppy selalu memanggilku dengan panggilan "Kaka"). Aku pun menuntun sepeda motorku masuk dalam garasi rumahnya.

"Ayo, Kak, buruan masuk, itu tasnya taruh saja di kamarnya Mas Dody", ujar Poppy sambil menarik lenganku menuju kamar kakaknya (Mas Dody) yang kebetulan sedang pergi ke Pangandaran bersama teman-temannya. "N'tar dulu dong Pop, aku kan belon ketemu Ibu dan Bapak, masa sih langsung main masuk kamar saja, entar disangka nggak sopan lagi", ujarku.
"Oh, iya lupa", ujar Poppy sambil tersenyum kecil dan mencubit lenganku, yang membuatku semakin gemes kepingin mencium bibir mungilnya itu. Tak sadar aku pun terbengong-bengong melihat wajah imutnya sambil pikiranku membayangkan aku sedang mencium bibir sambil berpelukan dengannya. "Eh, kok malah bengong bukannya masuk, hayo lagi mikirin siapa yaa?" ujar Poppy. Aku pun tersentak kaget dan tersadar dari lamunanku. "Eh, nggak kok, ujarku sambil buru-buru membuang pikiran kotorku, takut ketahuan lagi mikirin yang jorok-jorok.

Tak lama kemudian muncul Ibunya, "Eh, Nak Eot, kapan dateng kok nggak kedengeran", ujar ibunya sambil mempersilakan aku masuk ke dalam ruang keluarganya. "Sudah, dari tadi bu", sahutku pelan sambil berjalan menuju ke dalam. "Nanti, Nak Eot tidur saja di kamarnya Dody, kebetulan Dody sedang keluar kota jadi kamarnya kosong", ujar ibunya.
"Iya Bu", sahutku.
"Poppy, ayo ajak masnya makan malem dulu, sebelum belajar!" ujar ibunya sambil mengajak kami ke ruang makan untuk makan malam. "Kak, ayo makan dulu, nanti masuk angin lho", ajak Poppy sambil menuntun tanganku menuju ruang makan. Kami pun makan malam bersama bertiga. Ternyata ayahnya sedang dinas keluar kota sedangkan kakak-kakaknya pergi semua keluar dengan alasan malas untuk mengajarkan adiknya yang sedang menghadapi EBTANAS ini. "Untung ada Nak Eot, kalau nggak bisa gawat nih, mana kakak-kakaknya Poppy pada ngabur lagi, wah maaf ya Nak Eot, jadi merepotkan nih", ujar ibunya. "Oh, nggak apa-apa kok Bu, kan kalau Poppy NEM-nya bagus, saya juga yang senang Bu", balasku sambil melirik ke arah Poppy yang tersenyum-senyum manja. Setelah makan malam, aku dan Poppy ditinggal oleh ibunya, masuk ke dalam kamar.

Aku pun mulai mengajari Poppy di ruangan komputer, malam itu Poppy menggunakan baju kaos tipis berwarna putih, dipadu dengan rok mini corak kotak-kotak merah-hitam sehingga tampak kontras sekali di kulit pahanya yang putih bersih. Selama mengajarinya mataku kadang terpaku kepada pahanya yang putih mulus, ingin rasanya aku mengelusnya, merasakan kehangatan pahanya, namun apakah hal itu mungkin, sedangkan selama ini aku belum pernah melakukan hal tersebut. Tak terasa aku menjadi terangsang, dan kemaluanku pun menjadi tegang, namun sebelum menjadi semakin parah segera kubuang pikiran itu jauh-jauh.

Soal demi soal dikerjakan, waktu pun tidak terasa sudah menunjukkan pukul 22.30 (setengah sebelas malam).
"Kak, sudah dulu ah, istirahat dulu sebentar, Poppy kan capek", ujar Poppy sambil menggelendot manja.
"Eh, Poppy masak sih baru sebentar saja sudah capek, nanti NEM-nya jelek lho", sahutku.
"Ya, tapi kan kalau sudah capek dipaksain terus belajar juga malah nggak bagus", jawab Poppy.
"Dasar kamu pinter ngomong, ya sudah kalau gitu kukasih kamu 1 soal lagi, nanti kalau bisa ngerjain dan jawabannya benar, kamu aku kasih hadiah dan boleh istirahat", ujarku lagi.
"Asyiikk.., benar ya, tapi hadiahnya apa?" tanya Poppy padaku.
"Ya, sudah sekarang kerjain saja dulu nanti hadiahnya surprise", jawabku. Poppy pun mengerjakan soal, sementara aku bingung memikirkan hadiah apa yang bakal diberikan padanya sedangkan tadinya aku hanya iseng saja, dan benar-benar tidak memiliki sesuatu yang akan diberikan padanya. Akhirnya tidak lama kemudian Poppy pun menyelesaikan soal, kuperiksa dan ternyata jawabannya tidak ada yang salah.
"Gimana Pak Guru, apa jawabannya benar", tanya Poppy,
"Aku pun menganggukkan kepalaku sambil tersenyum padanya.
"Nah, sekarang mana janjinya, katanya mau ngasih hadiah", tanya Poppy.
"Oh iya ya, naah sekarang pejamkan dulu mata kamu baru nanti saya kasih hadiahnya", ujarku pelan. Poppy pun menurut memejamkan kedua belah matanya.
"Sudah belum", ujar Poppy mendesakku.
"Sebentar, dulu dong", jawabku. Aku pun memandangi wajah imutnya, bibir mungilnya, hidung mancungnya, semua terasa sangat indah malam itu, aku pun memang sudah berniat untuk memberanikan diri akan memberikan sesuatu yang belum pernah kuberikan padanya malam ini. Aku pun mendekatkan wajahku padanya, pelan-pelan kudekati bibir mungilnya, dengan perasaan dag-dig-dug tak menentu akhirnya kuberanikan diriku dan kedua bibir kami pun bersentuhan, bibirnya terasa sangat lembut dan hangat. Aku takut dia akan marah atau menganggapku kurang ajar. Sesaat kemudian dia membuka kedua matanya, kupandang wajahnya takut-takut, tak lama kemudian ia pun tersenyum padaku, "Ma kasih ya Kak", ujarnya sambil tersenyum manja, manis sekali. Ingin rasanya aku berteriak karena girang, ternyata bisa juga aku merasakan bibirnya walaupun hanya sekejap, batinku dalam hati. "Sudah, ya hanya segitu saja hadiahnya Kak", ujar Poppy lagi. "Ya, kalau pengen hadiah lagi juga nggak apa-apa", harapku ragu-ragu.

Tak disangka Poppy pun memelukku sambil mencium bibirku, akhirnya kami pun saling berciuman sambil berpelukkan, nafsuku semakin tinggi setelah kedua buah dadanya menyentuh dadaku, terasa kenyal dan hangat, ingin rasanya aku memegangnya. Kami terus berciuman, sementara tanganku sudah mulai berani mengelus-elus punggung, kemudian pelan-pelan turun ke arah pantat, gila benar.. pantatnya empuk benar, sudah gitu hangat lagi, tapi aku tidak berani berlama-lama di area tersebut, aku pun kembali memindahkan tanganku di punggungnya, kembali mengelus-elus punggungnya sambil lidah kami berdua saling berpagutan di dalam, benar-benar malam spesial yang sangat indah, batinku dalam hati.
"Pop, apa Ibu sudah tidur, n'tar ketauan lagi", kataku sambil melirik ke arah kamar sang Ibu, "Nggak apa-apa kok, kalau Ibu biasanya jam sepuluh sudah tidur", jawab Poppy menenangkanku. Jawaban Poppy benar-benar membuatku tenang, tapi juga membuat birahiku semakin memuncak, akhirnya kami pun kembali berciuman, aku pun memberanikan diri untuk memegang buah dadanya, mula-mula kuelus dari belakang, kemudian menjalar dari samping, terasa kenyal, ternyata bagian bawah buah dadanya sudah terpegang olehku, dia diam saja, sementara aku semakin lupa diri, dan akhirnya kuberanikan diri untuk memegang buah dadanya dari depan, ternyata dia diam saja bahkan kudengar nafasnya semakin tidak beraturan, rupanya dia terangsang juga, pikirku dalam hati. "Pop, boleh nggak tangan kakak masuk ke dalam?" tanyaku takut-takut, Poppy pun mengangguk pelan malu-malu, akhirnya kumasukkan tanganku dari bawah baju kaosnya, pertama tersentuh kulit perutnya yang halus dan hangat, membuat pikiranku melayang kemana-mana, semakin ke atas akhirnya ketemu juga gunung kembar yang selama ini hanya bisa kubayangkan tanpa bisa kupegang.

Bersambung ke bagian 02
Kenangan Di Bali

Kenangan Di Bali

Pada awalnya aku tidak pernah menyangka akan ML untuk pertama kali pada bulan pertamaku tinggal di Bali. Waktu itu aku baru masuk kuliah dan dapat tempat kost di daerah Jimb. Lingkungan kostku juga cukup enak dan tenang, apalagi aku tinggal sendiri di kostku itu.

Cuma ada 4 kamar yang terisi pada saat itu. Satu keluarga muda, mungkin baru berumur 30-an, Seorang pria setengah baya, dan 2 wanita muda yang cantik dan seksi, umurnya sekitar 22-27 (mereka tinggal satu kamar) dan aku. Kebetulan mereka berdua tinggal di sebelah kamarku. Sebut saja mereka Evi dan Silvi.

Evi yang lebih muda selalu ada di rumah sore hari, jadi aku sering mengobrol dengannya. Seminggu setelah aku tinggal di tempat kost itu barulah mulai petualangan seksku.

Siang itu seperti biasa aku pulang kuliah dan tiba di tempat kostku. Tidak sengaja aku melihat ke dalam kamar Evi, Evi sedang tidur siang. Mungkin karena udara di temat kostku cukup panas dia tidak menutup jendela dan hanya mengunakan kaos tipis dan celana pendek, dan saat itu kaosnya sedikit tersingkap dan terlihat payudaranya (Evi tidur tanpa menggunakan bra).

Saat itu juga darahku terasa naik dan penisku mengeras. Jujur saja, aku belum pernah melihat pemandangan seindah itu. Tapi saat itu aku cuma bisa mengagumi dengan melihatnya saja. Setelah puas akupun masuk ke kamarku dan mengkhayal bila aku bisa meraba payudara dan paha mulusnya.

Sekitar jam 3 sore aku keluar kamar, kulihat Evi sudah bangun dan sedang duduk di depan kamarnya dan memang seperti biasa kost tempatku itu sedang sepi. Masih dengan pakaian yang tadi, akupun keluar dan mengobrol dengan Evi dan sekali lagi aku cuma bisa memandangnya. Kamar kost Evi isinya cukup lengkap, TV, VCD dan bahkan kulkas. Dengan dalih mau nonton TV aku ajak Evi untuk ngobrol di dalam saja.

Walaupun ngobrol, mataku sekali-kali melirik ke badannya dan mangagumi tubuhnya. Penisku mengeras melihat itu dan akupun semakin gelisah. Melihat aku gelisah Evi tersenyum.

"Kenapa Re?, Gak enak yah duduk dibawah?", Tanya Evi sambil senyum.
"Ah gak kok cuma kesemutan" jawabku sekenanya sambil melirik ke arahnya.
"Panas ya udaranya. Lihat, bajuku aja sampe basah sama keringat", katanya sambil menarik-narik bajunya.
"Aku mandi dulu yah, kamu mau ikut gak mandi bareng aku?", sambil tertawa dan menyubit pinggangku.
"Bener nih", tantangku.

Evi cuma tertawa dan berlalu ke kamar mandi. Kamar kost kami masing-masing ada kamar mandinya dan juga ada di belakangku. Entah kenapa tiba-tiba VCD-nya menyala sendiri (ternyata remotenya kedudukan olehku) dan ternyata ada film di VCD-nya, dan itu film porno. Aku tonton film itu dan tanpa sepengetahuanku ternyata Evi sudah selesai mandi dan telah berdiri di belakangku.

"Hayo nonton BF ya", katanya tiba-tiba membuatku kaget.

Aku menoleh dan oh god, Evi cuma menggunakan handuk saja. Tingginya yang 165 cm berkulit putih hanya menggunakan handuk sebatas dada dengan payudaranya yabg sedikit terlihat dan bawahnya beberapa centi saja dari lekuk pantatnya yang bulat.

"Eh sorry vi, gak sengaja. VCD nya nyala sendiri" kataku sambil mematikan VCD.
"Kok dimatiin, abis ini adegannya seru loh..?" katanya sambil duduk di sebelahku dan menyalakan VCD lagi.

Penisku yang sudah sejak siang tadi sudah menegang jadi semakin tegang sekarang apalagi noton VCD itu ditemani seorang Evi yang cantik di sebelahku dengan hanya menggunakan handuk.

"Tuh kan adegannya seru" katanya. Saat itu di VCD tampak sang bintang wanita sedang merintih karena vaginanya dijilati.
"Kalo dijilat gitu rasanya enak gak?" tanyaku.
Evi tersenyum saja menjawabnya, "Dah, liat dulu aja"

Sekarang aku semakin gelisah dan penisku semakin menegang. Evi tampak menikmati film itu dan nafasnya pun semakin berat mungkin karena gairahya yang mulai timbul sama dengan gairahku yang sudah timbul sejak siang tadi. Pelan-pelan aku mencium aroma wangi dari tubuh Evi yang segar setelah ia mandi. Dan aku pun mencium lehernya. Evi pun melengos.

"Kenapa Ren?, Kamu mau cium aku ya?"
"Aku dah gak kuat Vi, boleh yah aku cium Vi?"
"Kamu dah konak ya dari tadi", katanya sambil meraba penisku dari luar. Saat itu aku pakai celana pendek Hawaii.

Aku diam saja dan terus mencium lehernya. Pelan-pelan tanganku menarik handuknya turun sehingga terlihat payudaranya yang putih dan indah. Putingnya yang agak kecoklatan naik ketika kuraba lembut. Akupun segera melumat bibirnya sambil tanganku meraba payudaranya. Evi pun membalas ciumanku dengan hangatnya.

"Hhh", terdengar desisnya ketika mulutku meluncur turun dan mulai menciumi payudaranya yang kira-kira berukuran 36B.

Tanganku pun makin sibuk melepas seluruh handuknya sehingga membuat jariku dapat dengan mudah menyelusup ke liang kewanitaannya.

"Ssshhh terus Ren", desisnya semakin menjadi ketika tanganku mengelus klitorisnya.

Mulutku pun sibuk menciumi-kedua bukit kembarnya. Tangan Evi yang semula di samping perlahan naik ke kepalaku dan meremas rambutku. Genggamannya makin kuat seiring gerakan tanganku di vaginanya yang sudah mulai basah. Pelan-pelan mulutku mulai turun menciumi perutnya dan akhirnya sampai di liang kewanitaannya.

"Aaahhh Ren, enak Ren" Evi menggelinjang hebat ketika lidahku menyapu habis klitorisnya.

Vaginanya yang sudah basah dengan lendirnya semakin basah oleh sapuan lidahku. Tangannya yang sudah bebas bergerak ke penisku dan mengocok penisku.

"Enak Vi" erangku menerima kocokan di penisku. Penisku semakin tegang dan mulai basah.
"Besar juga punyamu Ren" kata Evi di tengah racauannya.

Lidahku pun jadi semakin giat melumat habis klitorisnya. Dan akhirnya kulihat lubang kewanitaannya dan kumasukan lidahku ke dalamnya.

"Ren, kamu nakal Ren" racaunya dan badannya pun menggeliat hebat, kocokannya pun pada penisku semakin cepat membuatku terengah-engah.

Setelah 15 menit lidahku mengobok-obok vagina dan lubang kewanitaannya, tubuh Evi pun menegang disertai desahan kepuasannya. Evi orgasme dengan menjepit kepalaku di antara kedua paha putih mulusnya. Kocokan pada penisku pun melemah padahal aku sedang merasakan nikmatnya.

Celanaku yang masih terpakai aku lepas dan kuarahkan batang kemaluanku ke mulut Evi. Evi pun menarik penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilati kepala penisku. Tubuhkupun direbahkannya sambil terus mengulum penisku. Makin lama kuluman Evi bertambah cepat membuatku merasakan nikmat yang belum kurasakannya sebelumnya. Sambil menikmati kuluman Evi, aku melihat ke arahnya. Rambut hitamnya yang lebat menutupi sebagian besar wajahnya. Matanya sesekali terpejam dan melirik nakal ke arahku sambil mengulum penisku dengan cepatnya.

Akupun mengubah posisiku dan kembali menciumi bagian kewanitaannya dan melumat habis kllitorisnya lagi. Evi pun mendesah dan makin cepat mengulum penisku sambil sesekali tangannya memainkan buah zakarku. Cukup lama juga posisi 69 itu kulakukan sebab kenikmatan sama-sama kami rasakan. Hingga akhirnya Evi mengalami orgasme yang kedua kalinya dengan desahan puas yang cukup panjang dan melepas kulumannya.

"Ren, Masukin penismu dong Ren, jangan buat aku tersiksa" racau Evi di antara desahannya.

Akupun mengatur posisiku. Evi yang masih tidur telentang dengan kaki menekuk membuka pahanya sehingga aku dapat melihat vagina indahnya. Kuarahkan batang kemaluanku yang sudah membesar dan menegang ke lubang kewanitaannya. Pelan-pelan kumasukkan kepala penisku, kulihat Evi menggigit bibirnya ketika penisku masuk ke dalam vaginanya yang sempit. Akupun merasakan kenikmatan yang baru kali itu kurasakan ketika seluruh batang kemaluanku tertanam di lubang kemaluannya, terjepit dan seperti dipijat.

Akupun mengerakkan pantatku maju mundur sambil kulihat Evi memejamkan mata dan mendesah. Tak lama Evi pun mengimbagi gerakanku dengan sesekali menggoyangkan pinggulnya.

"Lebih cepat sedikit Ren, ahhh, enak sekali".

Akupun mempercepat gerakanku. Evi pun melenguh dan mendesah, dan pinggulnya pun makin cepat bergerak.

"Terus Ren", katanya.

Desahannya membuatku semakin bernafsu dan akupun mencium bibirnya, lehernya dan belakang telingnya. Desahan dan nafasnya semakin tak beraturan.

"Terus Ren, aku sebentar lagi sampai".

Akupun mempercepat gerakanku dan tak lama Kaki Evi yang melingkar di pinggangku menguat begitu juga pelukannya. Evi telah orgasme lagi. Lenguhannya yang panjang membuatku semakin terangsang. Tetapi Evi mendorong tubuhku karena badannya cukup lelah.

"Kamu masih belum keluar ya Ren? Tanya Evi.

Dia pun menarik penisku sambil dan kembali mengulumnya. Kulumannya kali ini pun cukup lama sambil tanganku memainkan klitorisnya. Setelah agak lama, Evi pun mengatur posisinya dan memeragakan gaya woman on top. Dia duduk di atas perutku sambil menggoyangkan pinggulnya dan sesekali memutarnya. Akupun mencoba bangkit karena aku tak tahan melihat payudaranya yang putih. Aku ingin sekali mencium dan melumat payudara putih dan kenyalnya.

Kucium payudaranya dan perlahan naik ke lehernya dan belakang telinganya. Aku suka sekali mencium belakang telinganya karena Evi selalu mendesah hebat kalau dibegitukan. Seiring dengan desahan dan gerakan tubuhnya yang semakin cepat akupun merasa aku akan mencapai puncak kenikmatanku. Desahan dan gerakannya makin cepat, akhirnya melemah diiringi desahannya yang panjang.

Akupun mencapai puncak kenikmatanku saat itu. Sambil mendesah Evi pun membaringkan tubuhnya ke kasur dengan posisi penisku masih ada di dalamnya. Akupun perlahan mencabut batang kemaluaku yang telah basah oleh cairannya dan cairanku sendiri. Kucium lagi bibirnya sambil kuucapkan terima kasih padanya.

"Makasih ya Vi, Ini pengalaman pertamaku, tapi aku puas dengan dirimu".
"Aku juga puas dengan kamu Ren. Kamu hebat Ren".
"Aku juga Vi", kataku sambil mencium bibirnya lagi.

Aku pun berdiri dan mengenakan bajuku lagi. Evi pun memperhatikan penisku ketika aku mengenakan baju. Dia duduk dan kembali mengulum penisku. Tapi itu tidak berlangsung lama padahal penisku sudah siap dan tegang lagi.

"Di simpan buat lain kali aja ya Ren", katanya ketika nafasku mulai kembali tidak beraturan.
Aku hanya tersenyum, "Masih ada lain kali ya Vi".

Evi hanya tertawa dan kembali ke kamar mandi. Ternyata 'lain kali' itu adalah keesokan harinya dan berlanjut terus setiap kali ada kesempatan.

E N D
Kekuatan Cinta 02

Kekuatan Cinta 02

Sambungan dari bagian 01

Saling berkirim foto merupakan cerita tersendiri yang kupikir agak lucu. Aku men-scan foto yang kuambil dari rumah sedapatnya (jangan sampai isteriku tanya ada angin apa nih nyari-nyari foto) dan kukirim lewat mail. Florence juga telah kirim pic-nya lewat yahoo emailnya tapi Florence belum juga membuka file jpeg fotoku, belum siap katanya (ini membuatku agak kurang pede juga, jangan-jangan Florence jadi berubah ketika melihat wajahku yang "biasa-biasa" saja). Lalu dia bilang, kalau dia akan membuka pic-ku pada saat yang bersamaan di hari jumat karena disaat itulah kita berkenalan pertama kali dan Florence ingin mencoba membuat hari itu tidak terlupakan. Jadilah, Jumat pukul 13.00 WIB kami tahu wajah masing-masing.

Ingin tahu kesanku setelah membuka e-mail berisi 1 lembar foto Florence? Tak kusangka, Florence itu muda dan cantik! Muda layaknya gadis baru lulus SMA, yang berarti lebih muda beberapa tahun dari umurnya sekarang, dan cantik mirip artis GS. Matanya tidak sipit seperti layaknya Chinese meskipun kesan mandarin-nya ada. Eh, pembaca pria yang barangkali tertarik pada Florence, mendingan nggak usah coba-coba deh. Bukan apa-apa, Florence ini kalau sudah jatuh cinta adalah tipe setia. Selama 3 bulan aku mengenalnya, sudah ada 2 cowok di sekitar pergaulannya yang coba mendekati dan semuanya ditolak. Dan keduanya 'jatuh' pada pandangan pertama. Kenapa Florence menolak? Demikian kira-kira pertanyaan Anda bukan? Good question. Sayangnya, aku belum tahu jawabannya apalagi jika anda membaca ceritanya disaat dia menikmati percintaannya dengan anjing dan disaat diisengin sama orang asing di bis kota.

Ok, lanjut ke kisah cintaku, Apa reaksinya setelah tahu tampangku? Dag-dig-dug juga aku menunggu mail di hari berikutnya. Florence tak berubah, ini membuatku makin sayang kepadanya. Well, Erwin, teman baikku bahkan tidak percaya bahwa Florence begitu cantik bahkan dia sempat menggodaku bahwa dia sempat naksir sewaktu aku menunjukkan pic-nya kepada si Erwin tetapi setelah dia selesai menggodaku, dia kembali menasehatiku bahwa itu bisa saja cowok yang berpura-pura menjadi cewek, tetapi aku tetap tidak percaya dengan pernyataannya.

Bukan Florence kalau tak membuat kejutan dalam mailnya. "Suatu saat gue pengin tidur sama Mas" tulisnya. Mabuk dah gua jadinya. Sudah tentu, aku mulai cari-cari peluang untuk bisa terbang belasan jam menemuinya. Segala kemungkinan kujajaki. Semua cara mengandung resiko. Resiko memang harus kuambil kalau ingin berhasil mencapai sesuatu. Aku nekat. Bahkan percaya atau tidak, si Erwin sempat bilang kalau aku termasuk cowok terbodoh yang pernah dia temui karena aku rela terbang jauh hanya untuk menemui seseorang yang tidak jelas jati dirinya dengan alasan yang sudah kuuraikan diatas.

Akhirnya Bule itu menyerahkan passporku sambil senyum 'standar "Welcome to America," katanya.
"Thank you," balasku datar.
Lepas dari imigrasi aku lewati saja gerbang Customs tanpa hambatan, karena memang aku hanya membawa satu koper kecil persediaan pakaian buat seminggu. Lega. Tak lega benar sebenarnya, deburan jantungku makin menguat ketika mendekati pintu keluar. Beberapa menit lagi aku menjumpai kekasihku yang selama ini hanya ada dalam bayangan. Tiba-tiba terlintas dalam kepalaku, bagaimana kalau Florence tak menjemput? bagaimana jika selama ini aku ditipu dan pernyataan si Erwin menjadi kenyataan? Apa yang harus kulakukan di Roma apalagi aku tidak mempunyai kenalan sama sekali di negeri barat ini? Ini sama sekali tak pernah kubayangkan. Pokoknya ke luar dulu, urusan lain dipikir nanti saja lagipula aku bawa uang yang lumayan banyak ini.

Ha! Aku bersorak, dengan senyum lebar Florence bangkit dari duduknya menyambutku.
"Hallo Flo.."
Kami berpelukan erat, deburan dadaku bukannya reda, malah bertambah. Gugup dan salting. Mulutku terkunci.
"Nih.." katanya sambil menyerahkan 5 tangkai mawar merah (means: I love you very much), sesuai permintaanku, juga rok yang dikenakannya. Florence jarang memakai rok, jelas ini hanya khusus buatku. Aku memang lebih suka melihat cewek memakai rok dibanding celana panjang, lebih feminim.

Dalam perjalanan menuju tempat parkir kami tak banyak bicara, lidahku benar-benar kelu. Kami hanya saling pandang dan lempar senyum. Sambil jalan tangan kiriku merangkul bahunya. November di Roma dinginnya menusuk tulang. Tapi bukan karena kedinginan itu aku memeluk bahunya. Ini memang sering kukhayalkan sebelumnya, aku ingin semesra mungkin. Wow, Florence membuka pintu mobilnya yang iklannya berbunyi, "Kelas tersendiri" warna biru dan jendela kaca yang gelap.
"Welcome to America, Mas.." sambutnya setelah kami duduk di mobil.
"Oh, makasih Yang," sahutku menatap matanya. Kami saling bertatapan.

Kusingkirkan derai-derai poninya lalu kukecup dahinya, lembut tapi penuh perasaan. Matanya terpejam, bahkan belum terbuka ketika aku melepaskan kecupanku. Kusentuhkan punggung jari-jariku ke pipinya. Florence membuka mata. Kukecup ujung hidungnya yang mancung, sekejap. Lalu wajahnya mendekat, bibirnya sedikit membuka dan kami siap berciuman untuk pertama kalinya. Aku kecele. Bibir Florence mendarat di bawah bibirku. Oh.. Kenapa aku lupa! Dalam chatting kami Florence pernah menulis dia suka mencium daerah antara bibir dengan dagu. Tapi aku tak mau kalah, kupegang dagunya dan kukecup bibirnya. Lumatan erat diikuti dengan permainan lidah. Tubuhku mulai menghangat. Sesak nafas dan sesak 'di bawah' sana.

Bibir Florence bergeser ke bawah, aku segera tahu apa yang akan dilakukan: menggigiti daguku. Kubalas dan Florence melenguh, lenguhan pertama yang kudengar. Posisi ciuman yang kurang nyaman sebenarnya, sebab tubuh kami dipisahkan oleh box dan tongkat gigi automatic mobilnya. Pinggang kami masing-masing harus diputar 45 derajat. Tapi tak mengapa, perasaan nikmat bercumbu yang sudah lama ditunggu mampu mengatasi rasa pinggang tak nyaman. Ketika aku mencumi lehernya, kurasakan ada bayangan sekelebat lewat. Dengan refleks aku melepaskan ciuman dam memeriksa sekeliling. Bayangan dari orang yang menyeret koper besar lewat di depan kami. "Tenang aja, dia nggak akan lihat.." kata Florence. Kulepas jacket Florence. "Nggak dingin kan Yang?" Florence menggeleng, walaupun hanya memakai blouse tanpa lengan. Bibirku menelusuri lengan atasnya yang terbuka. Benar-benar sehalus kulit bayi.

Blouse tanpa lengan itupun telah kulepas. Kujilati dadanya yang masih tertutup bra cream muda, mulai di belahan terus bergeser kiri dan kanan. Perlahan kuturunkan tali bra kirinya lalu kuciumi bagian atas gumpalan bukit kirinya. "Aauw.." teriakan kecilnya ketika tanpa sadar aku menggigit buah dadanya. Gemes! Ketika aku ingin melepaskan bra-nya, Florence menahan. Kupandangi matanya, caraku bertanya tanpa suara. Florence menjawab dengan melepaskan kancing kemejaku satu persatu, juga singletku. jari-jarinya menelusuri bulu-bulu dadaku, lalu menciuminya. Kesempatan ini kugunakan untuk melepas kaitan bra dipunggungnya. Dengan gemas aku mengunyel-unyel kedua bukit kembarnya.

Florence melepas sepatu dan mengangkat kakinya 'menyeberang' tongkat perseneling ke arahku. Aku tanggap, mengelus-elus sepasang kaki panjangnya sebelum menciuminya. Kedua tanganku menerobos masuk rok hijaunya menelusuri lengkungan pahanya. Aku harus bangkit agar mulutku bisa mencapai sepasang paha putihnya. Mulut Florence terus mencerecau. Melenguh dan merintih, kadang teriak. Pada saat kedua tanganku mencapai pinggangnya, kutarik celana dalamnya. Sekilas sempat kulihat cairan bening ketika kain itu berpisah dengan isinya. Belum sempat aku menyerbu kewanitaannya, tiba-tiba Florence bangkit melepaskan ciumanku di pahanya. Dengan tergesa dibukanya ikat pinggangku, kancing celanaku dan reitsleting-nya lalu mengeluarkan 'isinya' yang tegak menjulang. Dan.. ohh.. mulutku berdesis seperti orang yang kepedasan. Entah apa saja yang dilakukan mulut Florence pada milikku itu, hasilnya: nikmat. Kadang ujung lidahnya yang sedikit keluar dari mulutnya menelusuri bagian bawah seluruh batangku, kadang seolah-olah menggigit dari arah samping, dan kadang punyaku lenyap ke dalam mulutnya.

Kami berdua telah siap untuk tahap terpenting: penetrasi. Tapi aku ragu melangkah, aku belum pernah bersetubuh di dalam mobil. Bercinta di dalam mobil adalah 'agenda' pertama yang sudah kami rencanakan jauh hari sebelumnya. Aku yang memintanya dan Florence merancang agenda 1 ini di tempat parkir. Gimana posisinya? Florence yang mengambil inisiatif. Dia pindah dari kursi di belakang setir ke kursiku lalu duduk di pangkuanku dengan kakinya yang membentang. Digenggamnya kemaluanku lalu disapu-sapukannya di selangkangannya.

Saat Florence melepas pegangannya dari milikku, kurasakan tubuhnya menekanku. Aku mulai memasuki tubuhnya. Hangat, basah, dan nikmat. Kami lalu 'berkudaan'. Kedua tanganku mengunci punggungnya dan mulutku bermain di dadanya. Kedua kakiku bertumpu kuat di lantai mobil sehingga sesekali aku menusuk kuat dengan sekali mengangkat tubuhnya. Florence jadi lebih aktif dengan posisi begini. Tubuhnya berguncang makin cepat. Kadang aku harus melambatkan gerakannya agar aku bisa merasakan sensasi gesekan batang kejantananku pada dinding-dinding kemaluannya. Gerakannya jadi bervariasi yang membuat tubuhku serasa melayang-layang.

"Oohh Yaang..!" teriakku.
"Maass.." balasnya.
Kucengkeram tubuh Florence kuat-kuat, tanpa ragu aku memuntahkan spermaku ke dalam tubuh Florence. Aku berani ejakulasi di dalam, karena Florence telah mempersiapkan semuanya. Dia telah memproteksi tubuhnya agar aman, khusus hanya untukku. Bahkan untuk pacar tetapnya Florence, Erick dan bahkan ketika dia bersenggama dengan pacar gelapnya yang bernama Herman (kata dia lho) masih melakukan coitus interuptus.

Oh Florence, sungguh aku terharu atas upayamu ini. Aku mencintaimu. Setelah itu Florence memelukku dengan erat dan setelah aku check-in di hotel, kita melakukannya lagi seharian apalagi menurut pengakuannya, kekasihnya Erick selalu sibuk dengan urusan bisnisnya dan sekarang dia sedang pergi ke Pontianak, Indonesia untuk urusan bisnisnya dan aku berada di Roma bersama kekasih gelapku sementara istriku menungguku di rumah, gila ya?

TAMAT
Kenangan Cilegon

Kenangan Cilegon

Kisah ini adalah kisah nyata yang memang menghiasi kisah petualangan saya. Saya adalah seorang mahasiswa yang berada di kota industri di daerah Jawa paling barat, di Cilegon. Kota yang sangat panas dimana harga-harga kebutuhan sangat tinggi. Hari-hariku aku lalui dengan segala aktifitas yang membuat konyol diriku sendiri. Pagi sampai siang kuliah, sore nongkrong, malam keluyuran ke tempat-tempat keramaian. Kalau tidak jalan-jalan ke Ramayana paling-paling main bilyard ke **** (edited) atau ke LM.

Aku sering maain bilyard ke ***** (edited), tetapi kalau tidak paling-paling hanya nongkrong lihat orang-orang pada main bilyard. Hingga sampai aku kenal seorang waitress bernama Lastri (samaran) orangnya berbadan montok dengan ukuran payudara 36B. Aku memang orangnya tidak begitu memperhatikan gerak-gerik seseorang, sebab aku orangnya kaku terhadap orang-orang yang belum aku kenal. Waitress ini bikin tingkah hingga memang aku terpancing olehnya, lirikan-lirikan matanya membikin jantung deg-degan dengan cara dia duduk yang sengaja memperlihatkan bongkahan paha mulusnya. Aku mencoba santai dengan duduk relaks sambil menikmati rokok putihku di bangku kayu di tengah arena tersebut.

Ketika dia sedang istirahat (tamunya disuruh menghitung skor sendiri), dia menuju ke arahku lalu duduk di sebelahku yang memang bangkunya sempit. Sambil tersenyum aku sapa dia,
"Lho kok tidak ngitung skor Mbak? entar tamunya marah lho.." sapaku.
"Ah.. biarin Mas, aku khan juga butuh istirahat, capek Mas seharian tidak tidur.." jawabnya.
"lho kok tidak tidur kenapa? Kelahi sama Mas-nya yaa..?" pancingku, untuk mengetahui seluk beluk dan latar belakangnya.
"Iya Mas.." jawab dia.

Ternyata dia sudah berkeluarga dengan beberapa anak, tetapi keluarganya kurang harmonis, sering uring-uringan. Hingga dia jenuh untuk berada di rumah. Wah, kalau ini mudah (bisikku dalam hati untuk bisa menggaetnya), aku coba mengorek tentang keluarganya yang memang berantakan. Si cowok menganggap dia terlalu dingin dan si cewek berontak karena sering dilecehkan.

Aku merasa sebagai pahlawan kesiangan, datang dengan muka pahlawan untuk membangun keruntuhan hati seorang wanita yang memang butuh seseorang untuk melampiaskan. Tapi aku tidak mau peduli, aku lakukan sesuai dengan hati nuraniku yang memang sejak pertama sudah menaruh hati pada kemolekan tubuhnya. Aku buru-buru pamit padanya, hal ini sengaja aku lakukan untuk menambah penasarannya padaku.

Keesokan harinya aku datang lagi sepulang kuliah, lagi-lagi dia menyambutku dengan senyum manisnya. Lalu kami berbincang lagi, aku coba pancing dia untuk ke hal yang lebih jorok, sedikit menyindir tentang kehidupan sex-nya. Bola mataku sesekali melirik ke arah payudaranya yang menggantung dan merangsang untuk disentuh, pikiranku sudah tidak karuan untuk bisa berpikir jernih. Rupanya dia juga mengerti akan gerakan bola mataku yang selalu memandang ke arah dadanya, tapi dia bukannya menutupi tapi malah seperti selalu menggoyang-goyangkan payudaranya yang terbungkus dengan pakaian ketatnya, sambil sesekali menjatuhkan spidolnya lalu membungkuk untuk mengambilnya. Hal itu tentu saja memberikan lampu hijau kepadaku untuk bersemangat mengencaninya.

Malam makin larut dan hasrat telah terkumpul memenuhi otak kotorku. Aku banyak ngobrol dengannya perihal kehidupan sex-nya, ternyata dia tidak sedikitpun mendapat kepuasan dari suaminya, baginya melayani suaminya adalah melayani sebuah mesin sex saja, tanpa foreplay langsung tancap.

"Pulang jam berapa nanti..?" tanyaku.
"Jam satu, kenapa kok Mas tanya kayak gitu..? Mau ngajak saya jalan-jalan malam..?" jawabnya.
"Tidak ah.. entar ketahuan suami kamu, entar berantem lagi.."
"Aahh.. santai aja Mas, entar aku bilang ke temanku kalau aku tidur di kantor."
"Bener.. tidak nyesel nanti kalau ketahuan suami.."
"Tidak.." jawabnya yakin.

Bubaran bilyard kami jalan-jalan ke pelabuhan, sebab teman-teman suaminya jarang yang ada di sana, kami berjalan ke dermaga di malam hari, begitu indah hamparan lampu besi-besi industri yang terpampang di bibir dermaga tersebut. Malam tambah dingin dan aku mencoba untuk menjahilinya. Aku peluk dari belakang tubuh yang montok tersebut sambil aku sandarkan ke besi pembatas dermaga.

Hmm.. halus benar tubuhnya, aku coba meraba bagian dadanya yang terus ditutupi dengan tangannya. Dia menepis tanganku dengan alasan bisa dilihat oleh orang lain. Tapi aku tahu kalau itu adalah alasan dia supaya tanganku tidak gerilya terlalu jauh. "Wah masih punya kepribadian dia rupanya," bisikku. Gagal di depan, aku mencoba untuk mengerjai bagian belakangnya. Aku elus perlahan bongkahan pantatnya yang masih kencang walau sudah mempunyai anak tersebut. Setengah berbisik aku berkata, "Hhmm.. pantat kamu sunguh indah sayang.." dia hanya tersenyum kepadaku, aku teruskan bergerilya ke bagian bawahnya, aku elus pahanya yang memang sangat mulus sambil aku singkap roknya. Aku telusuri paha dan pantatnya, indah kencang dan sangat halus tonjolan pantatnya.

Lama aku gerayangi pantatnya, sampai aku iseng untuk menelusuri sela-sela pantatnya, basah dan keras klitorisnya. "Aahh.. Ssshh.. aahh.." desahnya pelan, sambil dia mengoyang-goyangkan pantatnya. Aku puntir-puntir klitorisnya dengan jariku yang sudah terasa sangat basah oleh cairan vaginanya. Tiba-tiba dia membalikkan badannya, menatapku dengan memelas seperti menahan sesuatu yang akan keluar.
"Kita cari hotel yuuk..!" pintanya.
"Boleh.." jawabku.
Kami melenggang dari tempat tersebut dan menuju ke sebuah hotel yang terdekat sambil dia genggam erat tanganku seolah tidak ingin melepaskanku.

Kami masuk ke sebuah hotel di pinggir pelabuhan tersebut, tidak begitu mewah karena memang itulah hotel terdekat di situ. Setelah memesan kamar dan membayar sewa kamar, kami langsung menuju kamar. Kami hempaskan tubuh kami berdua ke kasur busa di kamar tersebut. Dia mulai bergerak mendekatiku lalu tangannya mengusap permukaan dadaku, perlahan tangannya menyusup ke dalam t-shirtku, mengusap sambil membukanya. T-shirtku pun terbuka, dengan ganas dia mulai menyerangku. Dia kecupi dadaku sambil dipeganginya kedua tanganku, seolah-olah aku sedang diperkosa olehnya. Dan yang paling parah dia telah menemukan dua titik kelemahanku, dia hisap putingku sambil di gigit-gigit kecil. Hal itu membuatku mengerang kenikmatan.

"Aahh.. oohh.. terus Lastri.. terus.." pintaku.
"Aaahh.. nikmat Lastri.. aahh.. sshh.. aahh.."
"Yaahh.. gigit terus.. Lastri.. lebih keras lagi.. aahh.."

Memang bagian tersebut adalah bagian paling sensitif bagiku. Aku akan menggila dengan tersentuhnya bagian tersebut oleh lidah. Sambil terus menggigit dia lepaskan celana jeans-ku. Aku pun bugil, tanpa selembar benang pun menutupi tubuhku. Terus ke bawah gerakan Lastri seiring dengan terlepasnya celanaku. Sampai pada batang kejantananku dia berhenti, dia pegangi batang itu, dia kocok perlahan. Lalu dia mulai menjilatinya dengan buas. Bisa dimaklumi sebab dia memang sudah lama tidak mendapatkan semprotan sperma dari lelaki. Dikulumnya batanganku sambil di kocok-kocok, aah gila benar orang ini. Padahal aku belum membuka satupun pakaian dia, aku malah sudah dipreteli.

Sambil batanganku diemutnya, aku menggerayangi payudaranya yang indah menggantung. Aku buka pakaian, BH dan rok ketatnya. Sekarang dia cuman memakai celana dalam saja. Pandangan itulah yang aku suka dari para wanita, telanjang dada dengan payudara yang menggantung dan hanya menggenakan celana dalam saja. Pasrah dan terpejam. Seolah-olah dia sudah pasrah untuk dibawa ke puncak kenikmatan. Dengan posisi menungging sambil dia mengemut batanganku, aku kangkangkan kakinya melewati kepalaku hingga kini kami dalam posisi 69. Aku jilati melingkar liang kemaluannya yang sudah basah oleh cairan nafsunya. Lalu dengan lembut aku jilat klitorisnya yang berwarna merah muda itu. Aku sentil-sentilkan pada ujung lidahku dengan cepat.

"Aaahh.. aahh.. nikmat Andi.. terus.. aahh.." rintihnya.
"Oohh.. kamu apakan memekku Andi.. ooh.. nikmat sekali.."
"Terus.. Andi.. yaa.. terus begitu.. aah.." erangnya.

Aku balik posisi, sekarang dia ada di bawah, aku kini dengan leluasa ada di atas, menikmati kemolekan tubuhnya, perlahan aku dekati payudaranya yang indah membelah. Aku cium bibirnya dan lama kami berpagut sambil tanganku terus menggerayangi payudaranya yang berukuran sekitar 36B itu. Indah dan bergoyang-goyang oleh gerakan tanganku. Aku mulai turun ke bagian leher, tengkuk dan telinga sambil terus aku menjelajahi setiap detail kulit di dadanya. Aku hisap putingnya yang berwarna coklat tua dan sudah mengeras itu, sambil aku tinggalkan banyak tanda merah bekas kecupanku untuknya. Semakin ke bawah dia semakin menggelinjang kenikmatan, sampai aku di sebuah gundukan yang tanpa bulu, mulus dan menggairahkan.

Aku buka lebar pahanya, hingga kini tampaklah sebuah belahan daging berwarna merah muda yang mengkilat-kilat karena basah. Aku kecup paha bagian bawahnya, terus ke arah vaginannya. Aku jilati pinggir vaginannya dengan arah melingkar sambil aku sentuhkan ujung lidahku sedikit-sedikit. "Ooohh.. Andii.. cepat jilat memekku.. ceeppaatt..! Aku.. sudah.. tidak kuatt.. Jilat memekku Anddii.." pintanya. Aku buka belahan daging itu, hingga tersingkaplah bibir vaginannya dengan gumpalan daging merahnya, disertai dengan klitorisnya yang sudah keras. Aku jilat klitorisnya dengan lembut hingga agak lama aku mulai memanas, aku jilat dengan garang memeknya, tidak peduli akan rintihan kenikmatan dia, aku mencium, menggigit, menjilat sesuai dengan gerakan hatiku.

"Aaahh.. ahh.. nikmatt.. aahh.. terus Annddii..! Yaahh.. sshh.. aahh.. mmhh.. terus Annddii.. aakkuu.. aakuu.. mauu.. aah.. aahh.. aahh.. aku keluar Andi.. aku keluarr.. aahh.."

Ternyata dia mengalami puncaknya yang pertama, dia terkulai lemas dengan nafas yang masih memburu. Kemaluannya basah dan berkilat oleh semprotan air maninya. Aku naik ke tubuhnya menuntun batang kemaluanku ke arah lubang kemaluannya yang basah bercampur dengan air maninya. Aku masukkan perlahan-lahan batang kemaluanku.
"Blleess.."
"Aaahh.." rintihnya.
Sebuah pemandangan yang sangat menyenangkan memandang batang kemaluanku memasuki liang vaginanya. Perlahan tapi pasti aku masukkan batang kemaluanku, Lastri hanya memejam ketika aku memasukkan batang tersebut, sambil memegangi payudaranya dan memilin putingnya dia terpejam seolah sangat menikmati liang vaginanya yang sesak oleh batang zakar ini.

Perlahan aku goyang pantatku, oh nikmat sekali bersetubuh denganmu, bisikku dalam hati.
"Pllekk.. pleekk.. ppleekk.. ccleepp.. cleepp.. cleep.. clepp.."
Suara buah zakarku menghantam anusnya.
"Ooohh.. Aanndii.. niikkmat seekali.. punnyamu.. Oohh.. yaa.. goyang terus sayanngg.." rintihnya. Lama aku menggoyang pantatku sambil mendengar ocehan dari mulut manisnya itu. Dan aku pun menikmatinya, aku suka memandang kemaluannya yang gundul tanpa bulu yang menghalangi pemandangan indah ini. Bosan dengan gaya tersebut, aku mencopot batang kemaluanku dari vaginannya, "Ploop.." Aku menunggingkan dia dengan posisi kepala di bawah pantatnya, hingga pantatnya kelihatan sangat menungging dan bukit kemaluannya menggumpal. Aku jilati kemaluannya dari belakang sambil aku menyodok-nyodok liang kemaluannya dengan jariku.

Aku masukkan lagi batang kemaluanku ke liang kemaluannya, "Ccllepp.. cllepp.. clleepp.. cleepp.. blepp.. blepp.. plook.. plok.. clepp.." suara vagina dan penisku saling berpadu dengan anusnya. Terus kugenjot vaginanya sambil terus meremas payudaranya yang sangat indah menggantung, sampai aku rasakan sesuatu yang akan keluar dari dalam lubang batang kemaluanku.

"Clepp.. clepp.. clepp.."
"Aaahh.. aahh.. sshh.. aahh.."
"Nikmat.. sekali.. Lastrii.. aahh.." rintihku.
"Iyaa.. kontolmu itu nakal sekali.. aah.. terus Anndii.. aku mauu.. aahh.. aku.. mau.. keeluuaarr.. Anndii.. aahh.. terruuss.. aahh.. aahh.. akuu keluarr.. Annddii.. aahh.. ahh.. aah.. sshh.. aahh.. sshh.. aahh.. oohh.. nikmat.. sekali.."

"Sabar Lastri aku juga mau keluar nich.." sambil terus kugenjot liang kemaluannya.
"Clepp.. clepp.. pleekk.. plekk.. pleek.." suaranya.
"Aaahh.. Lastrrii.. aahh.. akuu.. maauu.."

Segera dia mencopot batang kemaluanku, lalu dengan cepat dia mengocok batang kemaluanku yang sudah akan meledak itu, berwarna merah siap meledakkan sperma. Sambil mengocok Lastri menjilat ujung kemaluanku.
"Aahh.. terus Lastri.. aahh.. sshh.. aahh.."
"Teeruus.. aahh.." sambil kuremas payudaranya aku melengking tertahan.
"Aaahh.. aahh.. aahh.."
"Crroott.. crroott.. crroott.. croott.. seerr.. sserr.."
Banyak sekali spermaku yang tertumpah di mulut dan dadanya, berkilat-kilat diterpa sinar lampu tidur kamar, dia ratakan sperma di dadanya dengan tangannya, sementara aku terkulai lemas di pahanya. Di sisa-sisa sperma di mulutnya di dekatkan di mulutku dan kami berpagutan, sehingga aku pun bisa merasakan spermaku sendiri.

Dengan tersenyum dia berucap, "Kamu liar sekali, seperti kerbau jantan, liar dan mengendus.." Sambil meninggalkan aku ke kamar mandi. Aku pun hanya tersenyum mendengar itu, ah sudah banyak wanita ngomong itu padaku, bisikku dalam hati. Sambil bangkit menyusul dia untuk mengulangi ronde kedua. Kami nikmati semalaman untuk berbagi peluh dengan diperbudak nafsu dan kenikmatan dengannya. Esok harinya kami bangun kesiangan aku pun malas untuk pergi ke kampus dan dia kerja shift malam, jadi kami punya seharian penuh berbugil ria tanpa selembar benang pun menutupi aurat kami.

TAMAT
Kekuatan Cinta 01

Kekuatan Cinta 01

Si Bule petugas Imigration ini mulai membuatku kesal. Dia lebih lama meneliti pasporku dibanding orang-orang sebelumku tadi. Dibolak-balik lagi, padahal visa Italy yang kudapat masih berlaku. Ini memang kunjunganku ketiga ke Roma. Tentu kali ini kunjungan yang berbeda, bukan training seperti sebelumnya, tapi aku melakukan perjalanan ribuan mil kemari hanya punya satu tujuan: Menemui Florence, kekasih gelapku.

Sobatku di Bandung, sebut saja Erwin, barangkali benar. Dia menyebutku gila. Gimana nggak, aku terbang belasan jam meninggalkan keluarga dan pekerjaan. Selama ini dia hanya menyebutku 'nekat' untuk affairku yang lain beberapa tahun lalu. Di matanya, berarti aku 'naik grade' dengan kenekatanku sekarang ini. Biarlah. Inilah mungkin yang orang sebut sebagai 'the power of love'.

Kenapa aku sampai segila ini, well.. kubawa Anda flashback sebentar pada awal perkenalanku dengan Florence. Bermula dari sepucuk mail yang kuterima mengomentari tulisanku di www.17tahun.com. Mail yang masuk itu berasal dari mail-address Yahoo.com. Dari namanya, jelas aku dapat menebak bahwa pengirimnya wanita dari etnis Chinese.

Kesan pertamaku, pengirim mail ini orangnya terbuka, sebab puluhan mail yang kuterima sebelumnya seluruhnya menggunakan domain web based mail yang gratis dan 100 % menyembunyikan identitas (termasuk aku juga lho..). Maklumlah, di negeri kita soal yang menyangkut seks dibahas tertutup atau malu-malu. Florence berbeda, dia mengirim komentar 'kisah tabu'ku menggunakan address yang 'terang benderang'. Inilah yang menarik, sehingga aku cepat-cepat membalas comment-nya mendahulukan mail-mail lain yang masuk duluan. Aku ingin mengenalnya lebih dekat, siapa tahu kelak berlanjut.

Waktu itu aku berpikir juga, siapa tahu aku bisa terlibat affair lewat virtual world, seperti yang pernah kubaca di majalah dan di tabloid, kelihatannya excited, gitu. Hal lain yang membuatku begitu bersemangat adalah, terus terang, karena dia Chinese. Aku belum pernah berpacaran dengan keturunan China. Bergaul sih sering, di kantor atau di kompleks perumahan di mana aku tinggal.

Mail pertama yang kukirim ke Florence langsung kusebutkan statusku sebenarnya dengan jujur, yaitu umurku yang sudah jauh di atas ABG, berkeluarga, kota tinggal, dll kecuali nama asli. Aku masih menyembunyikan nama asliku. Pembaca bisa maklum kan, di cyber world ini awalnya wajib berhati-hati, siapa tahu mail-pal kita ini ternyata tetangga sebelah atau kawan kantor, kan bisa terbuka 'kenakalan'ku selama ini, berabe..

Niat awalku sih bisa mengenalnya lebih jauh, kemudian janjian ketemu, dan berlanjut ke ranjang (kenyataannya kemudian berlanjut lain, melibatkan emosi dan perasaan cinta, sungguh di luar dugaanku). Balasannya menyebutkan bahwa dia pernah tinggal di Bandung, nah.. kalau dia sekarang tinggal di Jakarta atau kota lain yang agak dekat, aku bisa mewujudkan keinginanku itu. Tapi ternyata dia sekarang tinggal di negara lain yang ribuan mil jaraknya dari negeriku. Oh, pupus sudah harapanku. Tapi mail-mail Florence memang menarik dibaca karena begitu terbuka, blak-blakan menceritakan kehidupannya sehari-hari, termasuk kehidupan seks bersama pacar tetapnya yang sekarang (yang ternyata pencemburu berat) dan juga bersama teman-teman prianya yang lalu. Aku begitu exited mengikuti pengalaman seks-nya yang diceritakan lewat mail dan situs 17tahun.com. Bayangkan, dengan beraninya dia ML dengan anjing di dalam rumahnya ketika pacarnya tidak ada di rumah. Juga ketika dia menikmati betul-betul ketika 'dikerjain' sama orang di atas bis kota di Roma. Libidonya memang termasuk tinggi dan nekat.

"Coba aja kamu tulis cerita pengalaman pribadi kamu rada banyakan ke situs ini," kataku lewat mail.
"Nggak ah, bahasa Indonesia gue nggak bagus," katanya, juga melalui mail.
"Ah, siapa bilang, bagus gitu kok," kataku jujur. Walaupun sudah belasan tahun di negeri barat, Florence masih fasih berbahasa Indonesia, hanya logatnya memang terasa campuran (aku bisa mengetahuinya ketika bertemu dia).

Selain nekat, jujur, blak-blakan, dan libido tinggi, Florence juga periang, suka humor dan smart. Ketawanya lepas dan terdengar seksi. Masih muda sudah menduduki posisi bagus di perusahaan teknologi informasi di negara Sphagetti, punya penghasilan lebih dari cukup, menunjukkan dia mampu 'mengalahkan negara maju itu. Hanya orang yang cerdas yang mampu melakukan itu.

Lalu muncullah rasa aneh di dada, suatu desiran perasaan yang nyeri-nikmat. Perasaan sama yang pernah kerasakan sewaktu kelas II SMA ketika pertama kali mengenal indahnya cinta. Sepanjang petualanganku bersama wanita, jarang aku merasakan yang seperti ini. Umumnya hanya satu rasa yaitu nafsu seksual. Apalagi ketika Florence memanggilku dengan sebutan "Mas" sementara aku memanggilnya dengan "Sayang" atau "Yang" saja (romantis ya?).

Lama kelamaan pikiranku banyak dipenuhi oleh Florence di manapun dan sedang apapun. Perasaan nyeri tapi nikmat ini makin sering kualami ketika aku mengenang kembali ucapan mesranya melalui mail. Padahal pembaca, saat itu aku sedang berpacaran dengan seseorang, sebut saja Shanty, yang tinggal di salah satu kota di Sumatera. Masa pacaranku dengan Shanty sudah memasuki tahun kedua. Rata-rata kami bertemu 2 bulan sekali dan tempat pertemuan bisa di kotanya, atau di kotaku, atau di Jakarta. Semua pertemuanku dengan Shanty kami lakukan di hotel, tentu saja menginap satu kamar beberapa malam, layaknya pasangan yang melakukan bulan madu. Perkenalanku dengan Shanty terjadi sewaktu kami sekelas dalam suatu training manajemen di Jakarta. Kini, kedudukan Shanty di hatiku dengan perlahan namun pasti telah tergeser oleh Florence. Aku lebih banyak melamunkan Florence dibanding Shanty, lebih suka membaca mail-mail Florence ketimbang mail Shanty.

Sejujurnya, aku tidak suka dengan keadaanku ini, begitu mudah beralih. Aku menginginkan seorang saja kekasih tetap, selain isteri lho. Aku merasa lelah berpetualang. Kehadiran Shanty mampu mengurangi kenakalanku bersama cewek-cewek lain. Aku mengharapkan hubunganku dengan Shanty akan berjalan terus sampai kami sepakat untuk berpisah baik-baik dan setelah itu aku akan berhenti sama sekali melakukan affair.

Memanage kekasih gelap memang melelahkan. Harus pandai-pandai mengatur waktu, banyak berbohong pada yang di rumah. Menyiapkan jawaban yang masuk akal ketika suatu saat istri nanya. Siap berkelit. Kini aku lelah memanage Shanty. Benar-benar lelah. Saat itulah Florenceti hadir memasuki kehidupanku. Dia hadir begitu saja tanpa kurencanakan, tanpa mampu aku menolaknya. Florenceti lebih matang, lebih mengerti kondisi masing-masing untuk membina suatu hubungan, sehingga kuperkirakan dia tak akan melakukan tindakan yang membahayakanku atau rumah tanggaku.

Kami makin sering berkirim mail, bisa 2 - 3 kali sehari. Rasanya ada sesuatu yang kurang kalau aku tidak membaca mailnya sehari saja. Kadang pertanyaannya membuatku terhenyak kaget. "Are you circumsized?" tanyanya suatu ketika. Wah! Kujawab jujur iya. Dengan senang kujawab semua pertanyaan Florence tentang perbedaan penis yang disunat dengan yang asli. Rupanya, pria-pria yang pernah jadi pacarnya semuanya tidak disunat. Dia begitu penasaran sama yang satu ini.

Kontak kami makin berkembang, tak hanya lewat mail tapi juga lewat telepon. Dia punya usulan yang menyenangkan.
"Gue aja deh yang nelepon," katanya.
"Lho, kenapa?" sahutku.
"Dari sini lebih murah, gue beli kartu buat sejam nelepon ke Indonesia cuma 10 dollar.
"Murah banget, separoh dari tarif di Indonesia."
Tapi kalau aku lagi kangen, nekat nelepon juga pakai HP. Dan kemudian Florence yang menelepon balik. Aku tak berani pakai telepon rumah atau kantor. Tagihan membengkak bisa jadi masalah.

Untuk memperkaya media komunikasi, Florence usul untuk chatting. Padahal aku paling tidak suka chatting, sebab selain butuh waktu yang khusus juga bandwidth kantor tak menunjang buat chatting. Menulis mail bisa dilakukan kapan saja di sela-sela jam kerja. "Tapi kalau lewat mIRC beda, begitu instant," kata Florence sambil menyebut nama server yang sering dia pakai yakni DALNET yang terkenal itu. Diajarinya aku men-"donloat" (Istilah lucu Florence untuk menyebut down load) software dari website itu dan bagaimana memulai chat. Eh, ternyata menyenangkan dan aku jadi kecanduan. Cuma aku harus memperhitungkan perbedaan waktu yang 15 jam. Demi Florence aku rela begadang sampai jam 1 malam dan berangkat kantor jam 6.30 untuk bisa chatting. Again, that's a kind of power of love.. padahal temanku si Erwin menasihatiku bahwa jangan terlalu percaya sama cewek dari Internet (maklum sih dia pernah ditipu bulat bulat sewaktu naksir sama cewek yang dia kenal dari IRC).

Aku jadi susah tidur, yang semakin mengurangi waktu tidurku sampai aku jatuh sakit! Mungkin karena kurang tidur, atau karena lagi banyak kerjaan, atau kombinasi keduanya. Yang jelas aku merasakan indahnya cinta, bak remaja puber saja. Atau ini memang masa puber keduaku yang datang lebih awal? Tak tahulah.. Yang membuatku ganjil adalah, aku sudah jatuh cinta pada Florence, padahal kami belum pernah ketemu dan si Erwin sudah memberikan info kepadaku bahwa si Florence ini mungkin saja penipu setelah dia mendapatkan info dari temannya bahwa temannya pernah kenal cewek dengan nama Florence tetapi e-mailnya jarang dibalas! kadang aku berpikir bahwa akulah pria terberuntung di muka bumi ini dan benar juga, Savage Garden bilang "I know I love you before I met you" bukan bohongan. Aku mengalaminya. Kasusku inipun memperkuat pendapat psychologist Erlich Fromm bahwa cinta tak harus memiliki. Aku punya anak isteri. Florence telah dimiliki pacar tetapnya yang bernama Erick, tapi kami saling mencintai.

Bersambung ke bagian 02