Nia Pembantuku yang cantik -2

Lanjutan dari Bagian 1

    Sudah seminggu lebih semenjak kejadian kemarin itu berlalu tapi aku mencoba bersikap seperti biasa kepada Nia. Walaupun begitu, tidak dapat kupingkiri kalau Nia memang jadi berbeda dari biasanya. Setiap berpapasan atau disaat aku meminta dia mengerjakan sesuatu, yang biasanya dijawab dengan riang kini dijawab hanya dengan anggukan kecil saja. Sempat khawatir juga kalau dia tiba-tiba retak dan memblowup kejadian kemarin itu ke istriku. Waduh aku tidak bisa membayangkan apabila hal tersebut terjadi...

    Aku jadi berpikir keras bagaimana agar situasi ini bisa kembali kondusif, karena bila kubiarkan seperti ini tentu ujung-ujungnya istriku pasti akan ngeh juga kan?

    Hal pertama yang muncul dipikiranku saat itu cuma satu, aku sepertinya harus melakukan pendekatan secara persuasif ke dia. Siapa tahu dengan membelikan sesuatu yang menyenangkan hatinya, dia bisa melupakan atau minimal mengalihkan pikirannya dari kejadian tersebut.

    Jumat itu sebelum pulang dari kantor, aku minta izin kepada istriku untuk pulang malam karena harus singgah ke rumah temanku dulu di daerah Blok M, padahal rencanaku saat itu sebenarnya ingin membelikan beberapa pasang baju untuk Nia.

    Ngubek-ngubek mencari baju yang cocok dan pas untuk seorang wanita ternyata tidak segampang yang aku kira. Duuhh.. sudah beberapa puluh pakaian yang aku pilih2 tapi rasa-rasanya masih belum ketemu yang cocok menurut anggapanku. Beruntung saat itu ada seorang remaja putri yang kira2 seumuran dengan Nia mau membantuku memilih baju yang tepat. Fiuhhh... akhirnya dapat juga apa yang kubutuhkan...

    Besoknya ketika istriku pergi keluar untuk hangout bareng teman2nya, tanpa membuang2 waktu aku langsung memanfaatkan situasi tersebut untuk mendekati Nia yang sedang sibuk memasak didapur. Sepertinya dia sedang mempersiapkan menu makan siang untukku.

    "Nia, kamu masak apa hari ini?" Tanyaku dengan penuh perhatian.
    "Anu,pak, masak ikan tongkol disambelin sama tumis kangkung" jawabnya gelisah.
    "Oh ya udah klo begitu.. Eh kamu sudah mandi blom? Kalau sudah nanti habis masak tolong pijetin saya lagi ya? Sudah seminggu nih saya blom dipijet2 lagi sama kamu."
    Kali ini sengaja kutunggu sampai dia menjawab pertanyaanku agar aku bisa melihat seperti apa responnya.
    "Iy..iya pak, nanti Nia mandi dulu..." Jawabnya pelan dan terbata2 tanpa memandang ke arahku. Hmmm... Terus terang aku masih meraba2 tentang perasaannya saat itu tapi nantilah pasti akan aku korek2 terus sampai aku tahu seaman apa sebenarnya posisiku saat ini.

    Padahal baru 15 menit aku tunggu dia selesai memasak tapi aku sudah tidak sabar saja antara ingin tahu perasaan dia terhadapku dan selain itu tentunya aku juga sudah kangen merasakan jari2 kecilnya bermain dengan adik kecilku. Ahh.. Aku tetap harus menunggu beberapa menit lagi karena dia harus mandi terlebih dahulu. Damnnn...

    Bunyi cipratan air kamar mandi membuatku semakin gelisah. Aku benar2 sudah tidak sabar untuk menunggunya lebih lama lagi karena otakku saat itu sudah dipenuhi dengan ide2 gila yang ingin segera aku realisasikan bersama pembantu cantikku ini. Lalu tiba2 ide cemerlang pun muncul. Ku ambil handphone blackberryku dan dengan cepat ku aktifkan fitur video recordingnya. Walau perasaan deg2an karena takut ketahuan, dengan hati2 kuarahkan lensa kamera blackberryku ke atas ventilasi kamar mandi dimana Nia sedang asyik mengguyur tubuh telanjangnya. Shit! Sangking deg2annya aku jadi tidak berani lama2 untuk merekam moment tersebut. Segera ku turunkan tanganku dan kumatikan mode rekamnya untuk mengecek apakah gambar yang kumaksud terekam dengan baik atau tidak. Wow! Ternyata spyshot yg kulakukan itu lumayan sempurna. Bisa kulihat jelas bodynya yg aduhai walau hanya dari belakang. Lalu payudaranya yang montok itu terlihat begitu kenyal dan menggoda sehingga membuat adik kecilku langsung berdiri dengan tegak perkasa.
    Ohhh Nia, ingin rasanya ku dobrak pintu kamar mandi ini dan ku entot kamu saat itu juga sayang...

"Saya tunggu di kamar ya!" Teriakku semangat saat Nia baru keluar dari kamar mandi, tapi dia tidak menjawab atau mungkin suaranya terlalu kecil untuk ku dengar saat itu.

Tak berapa lama kemudian Nia sudah berada di kamarku, sedangkan aku sedang berbaring menunggunya.
"Sini kamu sandaran disini" tanganku menunjuk kearah sandaran springbed.
"Tolong pijetin kepala saya dulu ya".
Tapi tetap tak terdengar sepatah katapun yg keluar dari mulutnya walaupun dia menuruti perintahku itu.

Nia duduk bersandar sedangkan aku dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun langsung merebahkan tubuhku diatas tubuhnya. Kepalaku dengan sengaja kuposisikan tepat diantara kedua payudaranya sehingga bisa kurasakan kembali hangat dan empuknya gunung kembar itu menjepit kedua sisi kepalaku. Emhhhh.... Nyaman dan hangat sekali rasanya...

Nia mulai memijat2 kepalaku dengan kaku. Sepertinya dia memang masih shock dengan kejadian waktu lalu. Aku pun mencoba mencairkan suasana dengan mengajaknya berbicara.
"Ngomong2 kamu sdh punya pacar apa blom Nia?" Tanyaku pelan berharap dia mau meresponnya.
"...Belum Pak..." Jawabnya lambat.
"Tapi sudah pernah pacaran kan?" Tanyaku kembali.
"Kalau pacaran Nia belum pernah pak.. Tapi kalu suka2an iya pernah dulu waktu dikampung.."
"Oh gitu, hmmm.. Padahal kamu kan cantik. Koq ga ada yg nyantol sama kamu?" tanyaku dengan nada penasaran.
"Eeee... ga tahu pak, soalnya saya juga klo ada cowo yg suka yg ada sayanya yg suka kabur" jawabnya dengan malu2.
"Kabur gimana? Di taksir cowo koq kabur? Kamu ini aneh2 aja." candaku dengan santai. Nia sepertinya mulai terbawa suasana. Obrolan pun terus mengalir dengan lancar. Di sela2 obrolan aku selalu sisipkan pujian2 kecil untuknya dan ternyata pujian2 tersebut mampu membuat Nia merasa lebih nyaman.

Tak terasa sudah hampir 30 menit kami mengobrol. Terus terang, bagiku obrolan ini tidaklah begitu penting dibanding rasa penasaranku akan tubuh Nia. Sepanjang obrolan td aku lebih konsen berpikir bagaimana caranya agar aku dapat menikmati tubuhnya yg aduhai itu. Hmmm... Bingung juga mau mulai dari mana saat itu...

"Nia, saya mau tanya kamu nih. Tolong kamu jawab yg jujur ya" aku bertanya dengan nada sedikit serius.
"Tanya apa pak?" Balasnya penasaran.
"Kamu bohong soal umur kamu ya? Kamu pasti sdh 20 tahunan kan? Hayo kamu ngaku!" Tanyaku melanjuti.
"Engga koq pak, Nia baru 17 tahun sekarang" jawabnya dengan penuh tanda tanya. Mungkin dia heran knp aku bertanya sedemikian rupa.
"Saya perhatikan body kamu itu seperti body anak umur 20 tahunan. Apalagi ini kamu nih! Ukurannya sdh seperti ukuran orang dewasa aja" sambil kepalaku ku miringkan kekiri sampai pipiku menggencet payudara kirinya.
Nia tertawa kecil, dia mungkin merasa geli atau bahkan tersanjung dengan apa yang baru saja aku katakan. Untunglah, tadinya kupikir dia akan marah atau tersinggung.

"Kayanya juga lebih gede dari punya ibu nih?" Tanyaku bercanda sambil kugenggam dan kuremas2 kecil payudara kirinya.
"Ehh... Masa sih pak?" Jawabnya dengan tertawa kecil.
"Iya beneran koq" tangannku kembali meremas2 payudaranya dengan tekanan yang kuberi lebih dari sebelumnya.
Nia kali ini tdk menjawab tapi aku bisa merasakan kalau nafasnya yg td biasa saja kini berubah menjadi seperti terengah2. Hembusan nafas yg keluar dari hidung dan mulutnya menerpa bagian belakang kepalaku sekaligus memberikan rangsangan ketika hawa hangat itu mengenai kupingku yg sensitif. Keheninganpun menjadi tak terhindarkan.

Nia masih saja memijat kepalaku sedangakan aku makin asyik meremas2 payudara kirinya itu.
"Pak... Nia malu kalau bapak begini terus Pak..." Nia tiba2 berkata memecah keheningan dan sekaligus membuyarkan lamunan2 jorok yg sedang memenuhi pikiranku.
"Ah gpp koq Nia... enak kan kan saya ginikan" payudaranya makin kuremas dengan kuat seakan tak peduli dengan perkataannya tadi.
"Empphh... Udah dong pak, Nia mohon.." Balasnya memelas.
"Udah deh Nia, kamu nikmatin aja. Ntar juga kamu pasti ngerasain gini sama pacar atau suami kamu kan?"
"Iya tapi kan... Ohhhmmpphh!" Nia spontan melenguh ketika jariku mencoba menjepit putingnya dari luar bajunya. Agak sulit memang mencari lokasi putingnya dengan kondisi Nia masih memakai baju dan BH, tapi untungnya tebakanku yg meraba2 itu cukup jitu.

Tangannya yg tadinya memijat2 kepalaku kini diam tak bergerak. Terdengar suara rintihan kecil samar2 keluar dari mulutnya ketika aku semakin aktif berusaha memilin2 dan mencubit2 putingnya itu.
"Eshhhhss....".

Nia sepertinya pasrah menerima rangsangan2 yg kuberikan. Mungkin dia belum pernah mengalami rasa nikmat seperti yang aku berikan saat itu. Akupun tak mau membuang2 waktu lebih lama lagi. Dengan sekejap sudah kusingkap baju kaosnya keatas sebagian, sehingga bagian atas payudara kirinya itu kelihatan jelas di depan wajahku. Oh my god! Ini dia yang kutunggu2 selama ini. Payudaranya terlihat putih, mulus dan padat membuatku tertegun sejenak mengaguminuya.

Ku tarik sedikit BH Nia kebawah sehingga menyembullah putingnya yang ternyata sudah dari tadi berdiri tegak. "Awwwwwuuhhhh... Pakkkkkk" Nia spontan berteriak karena putingnya ku cubit dengan sedikit keras. Bukannya malah kasihan tapi teriakannya itu justru membuat aku menjadi lebih bernafsu. Ku jepit2 dan kupilin2 putingnya lebih agresif lagi sehingga Nia mulai meracau tak karuan.
"Paakkkkk udah donggg Pak!.... Nia ga mauuu diginiin... Ssshhhhhhh.... Awwwwwhhh!!.... Jangannn pakkkk"
Tangan Nia tiba2 mendorong kepalaku yg saat itu baru saja mau mencoba mendekati payudaranya. Tapi apa daya, tangannya yang gemetar itu terlalu lemah untuk mencegahnya.
"Oommhhpphhh!!!!!!!!" Nia melenguh keras ketika mulutku berhasil melumat ujung putingnya yg keras itu. "Oooouhhhhhhhhh!!! Oooooouuahhhh!!!" Teriaknya terus2an seiring hisapan2ku yg penuh dengan nafsu itu beraksi.
Namanya juga pria yang sudah beristri, soal memuaskan pasangan tentu aku sudah pengalaman toh. Nia yg baru pertama kali merasakan secuil dari surga dunia ini tanpa terkecuali juga tetap kuberi layanan kelas satu .

Tangan kiriku mulai bergerilya dengan menyusup kebalik kaos Nia dan akhirnya hinggap di payudara kirinya yang masih terbungkus BH. Kuremas penuh dengan tanganku yang besar sambil mulutku masih sibuk mengulum puting payudara kanannya. Slurrppppp..... Mmmmmm... Sesekali kujilat lalu kesedot kembali dengan tekanan yang bervariasi. Kugigit2 kecil putingnya dan terkadang kusedod habis keseluruhan payudaranya di mulutku. Uahhhhh nikmatnya bukan main...

Sudah tak terdengar lagi teriakan2 yang bernada penolakan kudengar, yang ada sekarang hanyalah desisan2 kecil dan bunyi nafas yang memburu yang keluar dari mulut Nia.Sungguh, aku begitu bernafsu dibuatnya..

Ku berhentikan sejenak aksiku, karena aku penasaran untuk melihat ekspresi wajahnya saat itu. Wooghhh, Nia begitu cantik sekali. Kecantikannya menjadi lebih terlihat. Mungkin ini disebabkan karena ekspresinya yang saat itu sedang menahan kenikmatan yang tiada tara yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Kuperhatikan dahinya mengkerut, matanya hampir terpejam, kedua pipinya merona kemerahan dan lehernya yang jenjang itupun menegang... seksi sekali.

Rasa sayang tiba2 hinggap dalam diriku, entah kenapa akupun mencium keningnya dengan mesra lalu kuciumi juga kedua matanya yang ternyata menyebabkan butiran kecil air mata yang dari tadi terkumpul di sela2 matanya menjadi pecah mengalir dan membasahi pipinya. Ohhh Nia... Andai saja aku bisa jadikan kamu kekasihku...

"Saya sayang sama kamu Nia..." ucapku pelan dan mesra, lalu ku kecup manis bibirnya. Tak kusangka Nia membalas kecupanku walau tidak terlalu kentara. Aku yang tadinya hanya ingin mengecup sebentar kini malah keterusan karena responnya itu. Mmmmmhhhhh... Aku dan Nia akhirnya berciuman dengan mesra layaknya sepasang kekasih.

Nia memang tidak pandai berciuman, tapi justru ketidak pandaiannya itu yang membuat aku semakin ingin menikmati bibirnya lebih lama lagi.

Kubelai rambutnya dan ku elus2 kedua pipinya dengan jari2 ku. Nia sepertinya semakin terlena... Aku bisa merasakan dia menjadi aktif menyedod dan menghisap bibirku. Hmmmmm... Mungkinkah ini adalah ciuman pertamanya?.....

bersambung ke bagian 3

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »